Kado Hari Ibu: Makna Ibu bagiku
Ninik Sirtufi Rahayu
Kata 'ibu' bagiku adalah kata-kata keramat sebab hingga remaja aku tak pernah menyebut 'ibu' kepada ibuku. Aku menyebutnya 'Mbak' sebab menjadi bungsu kakek nenekku.
Satu kali pernah aku diberinya uang yang diambilkan dari sela dinding bambu rumah semipermanennya kala itu. Dan ... satu kali pula aku memberikan amplop gajiku yang ternyata adalah kenangan terakhir sebab beliau dipanggil Allah pulang ke surga-Nya.
Maka, jangan tanyakan kata 'ibu' bagiku karena itu bagai sayatan sembilu.
Lidahku kelu, sendiku kaku kalau kuingat sosok ibu. Air mata pun meleleh deras bahkan hingga kutuliskan ini kepadamu.
Kawan, jangan salahkan aku kalau kupunya luka batin yang susah sembuh hingga saat ini.
Kalau saja waktu bisa kuputar kembali, akan kupeluk sosok ibuku dengan mesra dan kebisikkan kata paling bikin bahagia.
Tapi aku tak perlu berlarut dalam duka karena semua menjadi otoritas skenario-Nya belaka. Maka, kala aku jadi ibu, kumaksimalkan tugas, kewajiban, dan kasih sayangku pada buah hatiku.
Aku tak menyalahkan ibu, hanya sedikit sesal yang ingin kuhapus seiring perjalanan waktu. Terimalah peluk ciumku, Bu! Maafkan putri sulungmu ini, ya!
Malang, 14-12-2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H