Dari Sudut Pandang yang Berbeda
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Bardi, Birdi, dan Burnet adalah tiga anak burung berkelamin jantan. Ketiganya sangat piawai. Sudah mulai bisa terbang, menukik, bahkan mencari mangsa sendiri. Akan tetapi, orang tua telah mempersiapkan sarang masing-masing agar di kemudian hari masa depan ketiga jagoan sudah tertata. Orang tua bersusah payah membuatkan sarang tidak jauh dari sarang utama tempat mereka bertiga diasuh dan dibesarkan.
Setelah dewasa, Bardi memperoleh jodoh betina cantik dari desa sebelah. Karena itu, membangun sarang sendiri di tempat lain. Jauh lebih indah menurut pandangan burung muda seperti pasangan tersebut. Sarang buatan kedua orang tua, dibiarkan menjadi tempat tinggal ayah induk. Beda dengan Bardi, Birdi membenahi sarang hadiah kedua orang tua. Namun, si ayah merasa design sarang itu kurang pas. Beliau ikut-ikutan membenahi sarang Birdi yang sedang merantau jauh di desa seberang. Ketika Birdi pulang melihat-lihat sarang, ia sangat kecewa. Tidak suka design sang ayah sehingga menyimpan sesal dan kecewa di dalam hati.
Sore itu ayah bertanya kepada pasangan, mengapa Birdi tidak membalas cuitannya. Apakah baik-baik? Sangat khawatir. Induk yang mengetahui kekesalan dan kekecewaan Birdi, mencoba menengahi. Memediasi ketegangan. "Biarkan dia mengurus sendiri tanggungannya! Sarang sudah dihibahkan, tak perlu merecoki keinginan hatinya! Jangan lagi membuatnya kecewa!" Sang ayah terhenyak. Apa yang dianggap baik, belum tentu menjadi baik. Justru menjadi batu sandungan bagi kedua makhluk itu.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H