Drama Tengah Malam
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Kaget tatkala tengah malam suami membuka pintu kamar tidurku sambil menanyakan keberadaan si Jelita. Dikabarkan bahwa pintu terbuka dan diminta segera kucari sebelum kabur. Mata nanar, cemas, dengan suara bergetar. Setengah nyawa barusan terbangun pun segera kucari anabul lucu menggemaskan itu. Kucing ras jenis mahal yang datang tanpa diundang empat bulan silam. Sementara, anabul lokal datang dua bulan sebelumnya, dengan warna bulu sama dan sedang hamil, begitu galak, tampak iri, dan sangat membencinya.
Pukul dua belas lebih lima belas menit, tengah malam! Kondisi gelap membuat kami kesulitan mencari. Kuminta suami menyalakan lampu garasi agar bisa kulihat jika berada di sana, tetapi tetiba berteriak mengatakan kalau hewan itu ada di dekatnya. Dimintanya aku menangkap sesegera mungkin. Beliau tidak berani menangkap, memegang, apalagi menggendong hewan itu. Hewan yang sejak beberapa tahun terakhir mulai disayanginya.
Puluhan tahun sebelumnya, beliau sangat membenci keberadaannya. Anehnya, hewan-hewan itu berhasil mengubah karakter kasar dan temperamental yang sering ditunjukkan. Makhluk halus imut itu berhasil mengubah perangai menjadi lebih lembut, penyayang, penyabar, dan peduli. Justru, beliaulah yang membeli dan menggoreng ikan laut segar khusus buat anabul. Kalau kehabisan makanan sasetan, kapan pun beliau bersedia membelikan. Perubahan drastis, bukan? Ditunjukkanlah empati dan peduli karena si mungil gemetar ketakutan. Trauma. Dicobanya mengelus dahi kucing orange pencuri hati. Juga hewan kesayangan putra kedua, cat lover yang tinggal di ibu kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H