Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Cicak dan Gagak

Diperbarui: 25 Agustus 2024   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cicak dan Gagak
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Di sebuah pohon lumayan besar yang tumbuh di dekat sungai, tinggallah seekor cicak jantan. Pohon di hutan itu berdaun paling rimbun sehingga menjadi tempat paling nyaman. Si cicak  bernama Cico. Ia masih kecil sehingga badannya tentu saja lumayan kecil.

Selain hewan itu, ada juga seekor burung gagak yang sering bertengger di pohon yang sama. Gagak ini bernama Gugi.
Kedua hewan itu tinggal di pohon yang sama, tetapi burung gagak selalu berisik dan berulah sehingga mengganggu kenyamanan istirahat si cicak. Apalagi, ulah si Gugi selalu melecehkan kondisi cicak. Karena itu, Cico sering merasa bersedih gegara ulah Gugi.

Suatu hari, tetiba keduanya berpapasan di persimpangan sebuah dahan. Tentu saja, Gugi tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

"Hai, Cico! Kamu itu begitu kecil dan tidak berarti. Aku bisa terbang bebas ke mana saja, sementara kamu hanya dapat merayap saja!" ejek Gugi.

"Ya, Gugi, kamu memang hebat karena bisa terbang. Namun, semua makhluk pasti punya kelebihan dan kekurangan. Kemampuan  itu tidak hanya diukur dari seberapa tinggi kita bisa terbang," jawab Cico tersenyum.

"Halaaahhh! Sok tahu banget, kamu! Apa yang kamu tahu tentang kemampuan makhluk hidup? Kamu hanyalah seorang cicak kecil," kata Gugi meremehkan sambil berkacak pinggang.

"Aku tahu bahwa kemampuan dan kelebihan makhluk hidup ada dalam sikap kita terhadap yang lain. Kita pun semua memiliki peranan yang sangat  penting dalam ekosistem ini," jawab Cico tetap tenang.

"Berlagak pintar saja, kamu! Aku tidak ambil pusing dengan pernyataanmu yang sok pintar itu! Hahaha ...!" ejeknya dengan suara lantang sambil berlalu.

Seminggu kemudian, musim penghujan tiba. Cuaca mulai mendung dan dingin. Bahkan, hujan deras turun tiada henti. Sungai di hutan tersebut mulai meluap. Banyak  hewan mencari tempat perlindungan. Ada yang yang naik di atas pohon yang tinggi dan ada pula yang berlari menuju rumah kosong tidak terlalu jauh dari sungai.

"Gugi, air sungai akan naik lebih tinggi. Ayo cari tempat aman bersama-sama!" ajak Cico sambil memberi info penting itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline