Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Ketika Hujan Tiba

Diperbarui: 24 Agustus 2024   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika Hujan Tiba
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

     
Aku adalah satu di antara beberapa ekor ikan koi yang dipelihara di suatu kolam air tawar. Namun, hujan yang sangat deras hari itu membuat air melimpah ruah dan aku terlempar dari kolam. Entah ke mana teman-temanku yang lain, aku tidak tahu. Akan tetapi, yang jelas aku terbawa arus deras.

Rupanya, tibalah aku di sebuah aliran sungai. Sungguh arus deras membawaku ke tempat yang tidak kuketahui. Arus air di tempat itu menjadi sangat kencang, membuat ikan koi sepertiku terseret oleh arus tak terkendali.

Aku tidak bisa melihat apa pun saat itu, hanya terdengar suara gemuruh air yang saling bertabrakan. Bernapas juga sangat sulit, seluruh badanku terombang-ambing.

Hanya  berpasrah diri yang bisa kulakukan. Entahlah  akan dibawa ke mana oleh arus ini. Oh, tidak, kepalaku mulai terasa pusing, sepertinya aku akan pingsan.

 Ah, akhirnya aku tersadar. Aku telah pingsan berkali-kali karena kejadian itu dan sekarang aku sudah sadar. Rupanya seharian aku berada dalam kondisi tidak nyaman. Akan tetapi, di mana ini? Tampak di dasar air terdapat tanah dan pasir, sepertinya aku tahu ini di mana.

Untuk memastikan dugaanku, aku naik ke permukaan. Ternyata  benar, saat ini aku berada di sebuah telaga atau waduk. Hebat juga aku bisa dibawa sampai ke tempat ini.

Aku adalah seekor ikan koi Showa Sanshoku atau Showa Sanke jantan. Secara fisik, tubuhku memiliki tiga warna, yaitu hitam, merah, dan putih. Semula aku hidup di tempat nyaman, yakni di sebuah kolam air tawar di kota. Akan  tetapi, saat ini aku baru saja tersadar dari pingsan. Setelah  diriku terseret oleh arus yang sangat kencang, tibalah aku di tempat ini. Kayaknya sebuah telaga lumayan luas.
Oleh  pemilikku, aku diberi nama Koisan. 

Eh, telaga, ya? Atau waduk kata manusia, ya? Semula aku hanya pernah mendengar ceritanya saja.

 "Jadi, bagaimana caraku pulang, ya? Pasti perjalananku sangat jauh! Apalagi, aku tidak sempat melihat perjalanan karena selama itu aku pingsan terus-menerus," senandikaku dalam kebingungan.

 "Koi? Kamu ikan koi?" kudengar suara halus dari samping kanan depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline