Bab 2
Sebuah Rasa
"Dik! Lin, Linaaa ...!" teriak Melani di depan kamar adiknya.
"Ya, Kak!"
"Boleh Kakak masuk?"
"Silakan, Kak. Pintu enggak dikunci, kok!"
"Hehe ... Dik, menurutmu bagaimana kalau seandainya Kakak menyukai seseorang?"
"Ya, nggak apa-apa, Kak. Kalau memang sudah waktunya, kenapa enggak?"
"Tapi ... apakah Ayah dan Bunda mengizinkan kita pacaran saat masih remaja, ya?"
"Naaa, itu yang Lina kurang tahu, Kak! Sebaiknya memang kita bahas saat di meja makan, ya Kak. Kalau Kakak berani menanyakan, akan lebih bagus. Apalagi pas Ayah datang! Dengan demikian, kita bisa mengetahui rencana orang tua terhadap kita. Itu sih pemikiranku, Kak!"
"Iya, juga sih. Aku akan coba tanya-tanya dulu kepada Bunda, bagaimana kehendak beliau tentang masa remaja kita ini!"
"Cieee ... Kakak sudah punya seseorang yang spesial, nih!"