Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Be a Single Parent

Diperbarui: 12 Agustus 2024   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Be a Single Parent
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Centini adalah gadis lugu, pendiam, dan taat. Sejak kedua orang tua merantau ke negeri jiran, bahkan hingga wafat di tanah rantau, Centini ikut budenya. Karena kondisinya, dia tidak bisa menolak saat orang tua Damar melamarnya.  

Awalnya Centini yang tidak mengenal Damar sangat takut dan ragu, akankah Damar memperlakukannya dengan baik? Mengingat keduanya beda kasta. Centini hanya gadis desa biasa, sementara Damar adalah pemuda idola gadis sedesa dari keluarga berada. Sementara hati Centini mulai terpikat oleh pesona pria biasa yang sering dijumpainya di pasar. Prastowo. Ya, pedagang ayam potong dengan penampilan sederhana itu telah merebut hatinya secara diam-diam. Namun, tentu saja, Centini tak pernah menyatakannya.

"Mengapa Damar, Bude?" keluhnya saat sang Bude menyampaikan lamaran itu.

"Orang tuanya telah terpikat oleh penampilan dan kesederhanaanmu!" tutur Bude.

Centini hanya diam, menurut saja karena pikirnya apa yang dipilihkan orang tua adalah terbaik untuknya.
 Pernikahan pasangan Damar dan Centini digelar dengan pesta meriah. Pada hari itu menjadi hari patah hati nasional bagi seluruh gadis yang menginginkan Damar menjadi suami.

"Mengapa harus Centini, si gadis udik itu? Apa kurangnya aku?" begitulah isi benak mereka yang merasa lebih pantas bersanding dengan Damar si pemuda tampan dan mapan itu.

Pengantin begitu bahagia hingga kehamilan Centini enam bulan. Damar memperlakukan Centini dengan sangat baik. Damar merasakan bahwa Centini yang biasa-biasa saja mampu melayaninya dengan sepenuh jiwa. Namun, saat kehamilan si istri masuk bulan keenam, Damar memperoleh tugas di luar kota selama tiga bulan hingga tidak bisa menunggui saat Sasmita, si sulung lahir. Dia baru pulang dua minggu sesudahnya.

"Maafkan Ayah, ya Bun ... bila tidak bisa menjadi suami siaga. Bukan maksud Ayah meninggalkan Bunda, melainkan karena tugas negara!" pamitnya kepada si istri.

"Iya, nggak apa-apa. Ayah hati-hati, ya, di sana!" pesan Centini lembut sambil mengecup punggung tangan suaminya.

Pada hari istimewa itu, ditunggui kedua mertua dan bude yang menyayanginya, Centini melahirkan bayi tampan menggemaskan: Sasmita. Sayang, sang ayah tidak melihatnya secara langsung. Dua minggu kemudian barulah Damar bisa pulang ke rumah karena tugasnya sudah tuntas.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline