Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Silent of Love (Part 1)

Diperbarui: 15 Agustus 2024   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bab 1  

Persahabatan yang Manis 

 

Musim bediding kata orang Jawa. Dingin begitu menusuk tulang sehingga membuat enggan keluar dari kamar, terutama dari hangatnya selimut tebal. Terbangun pukul 01.40 karena keinginan buang air kecil, membuatnya sekalian ke dapur. Setelah urusan toilet selesai, dijerangnya segelas air di panci kecil. Mencari gunting untuk memasukkan T*lak Ang1n ke dalam cangkir kesayangan, menuangkan air mendidih, dan segera meminumnya. Sambil menghirup aroma jamu dan segar mint pada cairan itu, membuatnya sedikit lega.  

Sekeluar dari dapur, tak lupa dicarinya sebuah jaket dan mengganti celana pendek yang dikenakan dengan celana panjang di ruang cuci setrika. Ruang  yang tepat bersebelahan dengan dapur. Selanjutnya hendak kembali ke kamar, memeluk guling dan bergelung di dalam hangat selimut.

Namun, tiba-tiba didengarlah suara Klana, kakak sulung  yang sedang berbincang dengan Wawan sambil menuruni anak tangga. Sosok Wawan, si pemuda tampan itu, memang sering tidur di rumahnya. Mereka berdua bersahabat karib sejak SMP hingga sekarang menduduki bangku SMA kelas 12. Asyik  turun tangga melingkar yang menghubungkan lantai atas  di rumah mereka sambil berbincang akrab.

Sudah sejak lama Wawan sering menginap di kamar kakak sulung itu, apalagi kalau sepulang ekskul basket atau malam Minggu. Konon putra semata wayang itu kesepian di rumahnya. Ayahnya bekerja di luar kota, bahkan sering ke luar negeri sehingga tidak betah di rumah dan malah sering bertandang serta menginap di rumah mereka. Kedua orang tua Wawan pun pernah berkunjung bersilaturahmi dengan menitipkan putranya itu. Jadi, sebenarnya mereka tidak asing lagi.

“Lin!? Sedang apa kau?” tegur  sang kakak melihat si adik bungsu keluar dari dapur.

“Mmmm … terbangun, Kak. Barusan bikin T*lak Ang1n!” jawab si bungsu sedikit kaget.

Hampir saja secangkir air hangat yang dipegang terjatuh karenanya. Apalagi saat dilihatnya sahabat sang kakak membersamai dan menjejerinya. Dentum detak jantung Lina pun terdengar menggema di gendang telinga. Duuhh ….

“Oh, bikinin buat kami, dong Dik!” rajuknya pada sang adik, “Sekalian kalau ada bikinkan omeletlah!”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline