Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Yakinlah, Badai Pasti Berlalu

Diperbarui: 11 Agustus 2024   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Yakinlah, Badai Pasti Berlalu

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Sore itu, setelah mengunggah tulisan ke salah satu akun blog di media cetak, Nindi syok. Tetiba artikel yang diunggah hilang dengan pemberitahuan bahwa akun tersebut diblokir. Hal itu karena mesin pencari data menemukan plagiasi tulisan. Tidak heran jika secara otomatis akun pun akan terblokir.

Mesin tidak mengetahui bahwa tulisan tersebut bukan plagiasi, melainkan milik pribadi Nindi sendiri. Oleh karena itu, ketika dianggap plagiasi, tentu saja membuatnya terkejut bukan kepalang. Selama empat tahun terakhir ini, sebagai penulis lepas, ia tidak pernah memplagiasi karya orang lain karena tahu bahwa hal itu melanggar kekayaan intelektual seseorang. Jika tulisannya diakui oleh orang lain pun, pastilah ia akan kebakaran jenggot. Karena itu, ia tidak mau memplagiasi hasil karya orang lain.

Karena masih awam, tergolong penulis baru di media tersebut, ia bertanya ke sana kemari bagaimana pemulihan akun tersebut. Sejauh ini, sejak mengikuti kursus menulis secara online, ia merasa dan selalu berusaha untuk tidak pernah  melakukan plagiasi.

Prinsip ini sudah dipegang teguh sejak usia remaja, tatkala bersekolah. Ia merasa betapa susah payah belajar dan menghafal materi pembelajaran sehingga saat ulangan atau ujian bisa menjawab soal dan pertanyaan guru. Maka, ia paling tidak suka dengan ulah licik seperti menyontek jawaban teman atau menyalin dari buku catatan.

Bahkan, ketika menjadi salah seorang abdi negara, pernah ia melaporkan tindakan curang kepala sekolah yang memalsukan nama peserta ujian nasional. Sayangnya, laporan kepada Kepala Dinas Pendidikan yang dilakukannya saat itu, justru menjadi bumerang. Ia bahkan dilaporkan telah membocorkan rahasia dinas pendidikan. Justru bukan hal baik yang diterimanya, tetapi sebaliknya. Kecurangan selama bertahun-tahun yang dilakukan oleh pejabat sekolah tidak pernah terendus sama sekali, tetapi ketika dilaporkan justru pelapor yang dipersalahkan.

Merasa melakukan hal benar, kala itu ia hanya mengandalkan kasih dan berkat Allah semata. Sekalipun memperoleh hal tidak nyaman dan tekanan dari atasan, ia bergeming. Prinsip kejujuran tetap ia pegang. Akhirnya, setelah satu tahun diombang-ambingkan, tidak diberi tempat kerja, dan hanya diminta presensi saja, Allah turun tangan juga.

Kebetulan suami Nindi bersahabat baik dengan pemimpin pemerintahan kota yang tidak perlu disebut namanya. Melalui uluran tangan beliaulah, Nindi memperoleh tempat kerja kembali. Segala sesuatu telah dipulihkan-Nya. Sempat ditanyakan mengapa terlalu lama dan tidak segera dilaporkan, tetapi yang namanya orang kecil pastilah tidak ada keberanian untuk hal tersebut. Namun, namanya manusiawi juga jika seorang pejabat melakukan kekeliruan, kan? Jadi, biarlah semesta yang menyelesaikannya.  

Bahkan, di tempat barunya ini, ia memperoleh hadiah Allah berupa rumah murah milik mantan kepala sekolahnya. Inilah lika-liku perjalanan hidup yang diskenariokan oleh Allah agar ia kenal salah seorang putra pemilik rumah tersebut. Seandainya tidak melalui permasalahan, pastilah berkat rumah tersebut tidak sampai ke tangannya.

Apa yang pernah dialami tersebut, berupa kesulitan selama sekitar satu tahun, seolah gambaran bahwa 'badai pasti berlalu'. Ujian iman agar tetap berserah dan bergantung kepada-Nya semata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline