Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Anyelir (Part 16)

Diperbarui: 28 Juni 2024   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Big Hope

"Karena ke mana pun kamu pergi, namamu dan semua tentangmu akan abadi dalam sajakku." - Prilly Latuconsina.

Hari itu tak ada kuliah di kelas Anye. Dengan demikian dia bisa seharian di rumah Jalu. Bercerita, bercanda, dan berdiskusi tentang masa depan dengan sesekali mengulang kembali aktivitas baru yang sudah mulai mendarah daging. Ya, benar. Kalau sudah sekali, dua kali dilakukan, pasti akan menjadi candu bagi keduanya. Hari kedua mereka melakukan, tetapi tentu saja sudah beberapa kali sesi terlaksana.

Ada sedikit harapan di hati Jalu, semoga bulan depan Anye sudah terlambat dan dengan demikian ada alasan baginya untuk meminta orang tua agar dinikahkan. Jalu ingin dalam tahun itu semuanya berhasil. Lulus dan wisuda strata satu, menikah dan langsung memiliki buah hati. Dia bayangkan pada akhir tahun segala sesuatunya sudah terwujud.

Cita-cita itu juga dikemukakan kepada Anye sehingga dia makin mantap untuk tidak mengelak kalau Jalu membutuhkan ditemani. Dia pun berharap begitu. Usia 24 melahirkan yang pertama, dan selanjutnya tentu akan diprogram tiga tahunan. Anye tersenyum membayangkan kebahagiaan di depan mata. Oleh karena itu, dia tidak takut hamil lagi karena Jalu pun sangat berharap segera memiliki buah hati. Buah cinta mereka!

Menikah muda telah menjadi prinsip hidup dan harapan besar bagi keduanya. Memiliki anak selagi muda dinilai sangat menguntungkan. Dengan demikian, tatkala purnatugas, taka da lagi anak yang dibiayai pula. Masa tua tinggal leha-leha saja, sebagaimana kedua orang tua mereka.

Kalau bulan depan terlambat, dia berencana segera memberitahu kedua orang tua dan meminta dinikahkan pula. Seperti keinginan Jalu. Demikian pun yang hendak dilakukan Jalu bila dalam bulan-bulan mendatang Anye memang diberi kesempatan mengandung. Keinginan berdua ini membuat mereka selalu menyempatkan diri untuk menabung.

Ya, 'menabung' adalah istilah khusus mereka berdua untuk menyebut aktivitas berseraga. Jika salah satu menyebut kata 'menabung,' artinya mereka siap-siap melaksanakan tugas istimewa.  Mempersiapkan  diri mengundang hadirnya buah hati masuk ke dalam gua garba. Ya, kedua pasangan itu telah beraktivitas layaknya suami istri. Bahkan, tersirat harapan sama seperti pasangan suami istri: segera memperoleh momongan!

Mereka berharap segera memperoleh pengesahan status di dalam pernikahan. Jadi, berbeda dengan sebelum-sebelumnya, kini orientasi mereka justru ingin segera menikah. Maka, mereka melakukan makin gencar agar upaya berhasil maksimal.  

Malam itu Jalu meminta Anye untuk menginap di rumahnya. Maksudnya agar relasi yang terjalin makin intensif belaka. Jalu mau Anye melihat bagaimana keseharian dirinya di rumah sehingga bisa saling mengenal dan makin memahami satu sama lain.

Ya, sekarang tujuan utama mereka memang berubah drastis. Menyadari bahwa hasrat sudah tidak bisa dibendung lagi, mereka banting stir! Ingin segera menikah karena ternyata setelah merasakan nikmat bercinta, rindu itu tak bertahan lama. Setidaknya dua hari sekali harus bertemu memupuk rindu. Kalau tidak kepala pening serasa mau pecah. Begitu dalih Jalu. Begitulah akhirnya setiap dua hari sekali mereka rajin 'menabung' tanpa melihat kala. Pagi, siang, sore, bahkan malam pun bisa saja!  

***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline