Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Semut yang Patut Dianut

Diperbarui: 27 Juni 2024   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semut yang Patut Dianut

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Di sebuah area terbuka, hiduplah keluarga semut dengan anggota sangat banyak. Sekalipun demikian, masing-masing anggota saling sayang dan membantu satu sama lain. Keluarga semut adalah contoh keluarga yang menerapkan hidup rukun, bergotong royong, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Jika salah seekor semut kesulitan, pasti anggota kelompok akan berbondong-bondong membantunya.

Mereka mendirikan sarang di bawah tanah dengan gundukan menjulang melebihi tinggi orang dewasa. Hal itu menandakan betapa banyak anggota kelompoknya. Apalagi, mereka memiliki tugas masing-masing. Ada yang bertugas mencari makanan, ada yang menjaga telur, menjaga agar sirkulasi udara tetap nyaman, dan sebagainya. Benar-benar rukun agawe santosa kata pepatah bahasa Jawa.

Suatu saat, salah seekor semut bertemu dengan seekor belalang. Si semut bernama Smuti dan si belalang bernama Blanjang.

"Hai, Smuti!" sapa Blanjang sambil bersantai di sebuah daun talas tua.

"Hai, juga Balnjang. Sedang ngapain kamu di situ?"

"Hah, namaku bukan Balnjang, melainkan Blanjang, ya! Jangan sembarangan mengubah nama, ya!"

"Oh, iya, iya, maaf. Kamu sedang ngapain?"

"Apa kamu nggak tahu? Aku sedang menunggu biolaku kering! Semalam aku lupa menaruh sehingga terkena embun. Karena itu, aku tidak bisa memainkannya saat ini!"

"Oh, begitu berartikah biola itu bagimu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline