Anting-anting Penyelamat
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Tria, gadis manis itu membereskan meja setelah peralatan bekas pesta di toko tempatnya bekerja part time dibawa ke dapur oleh salah satu kawannya. Kanebo basah, semprotan berisi sabun cuci plus jeruk nipis, dan lap kering ada siap di kantung celemeknya. Kantung itu bagai kantung ajaib milik Doraemon! Peralatan berperangnya ada di sana semua! Dia pun bekerja dengan sangat cekatan!
"Cepet sikit, Tria ... nanti keburu tak ada angkutan!" Mbak Tutik mendekatinya, berbisik sambil membawa setumpuk piring dari meja sebelah.
Tria mengangguk. Tanpa banyak bicara segera beralih ke meja sebelahnya. "Hmm ... masih kurang tiga meja lagi yang harus dibereskan!" senandikanya sambil mengedarkan pandang ke sekeliling ruang pesta.
Sejenak kemudian, Yoyok, temannya yang lain melewatinya sambil berbisik pula, "Jatah kita sudah dibagi-bagi oleh Mak Sum di belakang, kamu tenang saja!"
Dalam hati Tria bersyukur karena Tuhan begitu baik padanya. Dia diajak bekerja di tempat itu oleh Mbak Li'ah putra tetangga indekosnya beberapa bulan lalu sehingga jika malam Minggu sering mendapat jatah makanan dari tempatnya bekerja sambilan itu.
Ya, Toko Oen yang terkenal dengan es cream-nya memang tempatnya strategis banget. Berada di depan mal Sarinah, di samping Gramedia, tepat di seberang depan pertigaan patung Chairil Anwar, di tengah-tengah kawasan Kayutangan. Dengan pediatri mozaik cukup luas, tersedia tempat parkir lumayan leluasa. Tempat yang terkenal sejak zaman Belanda sehingga seringkali para wisatawan mancanegara singgah di tempat itu untuk bernostalgia.
Di tempat itu jika musim pengantin seringkali di- booking Sabtu Minggu untuk pesta. Setelah pesta usai, para pramusaji terpaksa harus pulang terlambat, agak mundur kadang sampai satu jam lebih karena beberes ruangan terlebih dahulu. Ada satu hal yang disukai oleh para karyawan, jika ada sisa makanan pesta pasti pulang akan membawa sisa-sisa makanan dari toko yang tentu saja nikmat di lidah.
Sebenarnya Tria sangat kebingungan karena dompetnya kosong dan dipastikan dia akan pulang ke indekosan dengan berjalan kaki. Namun, Tuhan sangat memperhatikan keadaannya. Tuhan berbaik hati padanya. Malam itu, tiba-tiba dia mendapat bonus istimewa. Ya, ketika pulang dia diajak oleh putra majikannya untuk ikut semobil yang akan melewati jalur tempat indekosnya.
Di rumah indekos itu Tria satu kamar dengan Ratih. Mereka sangat kompak bagai adik kakak meskipun kenyataannya mereka berasal dari kota berbeda. Dua gadis ini sama-sama berambut panjang. Gemar mengurai rambut sepinggang sehingga dari belakang orang sering salah panggil.