Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Gertak Buaya

Diperbarui: 4 Juni 2024   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

GERTAK BUAYA 
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Siang itu amat terik. Tenggorokan terasa kering. Karena itu Pak Singa sengaja pergi ke tepi sungai hendak minum untuk memuaskan rasa dahaganya. Namun, beberapa ekor buaya sedang berenang di sana. Melihat singa datang, seekor buaya mendekati di tepi sungai.

Ia berteriak lantang, "Hai, apa urusanmu datang kemari, Pak Singa?"

"Apa urusanmu? Bukankah ini sungai milik semua satwa di belantara ini, ya? Maka, siapa pun yang haus bebas datang kemari untuk minum sepuasnya!" jawabnya menggeram.

"Waahhh, ini tidak bisa dibiarkan!" batin Pak Singa.

"Hmmm, begitu, ya? Harusnya kalian cari tempat lain, bukan di sini, Kawan! Di sini tempat kami sekeluarga hidup dan bercanda!" jawab seekor buaya yang mencoba mengusik singa.

"Dari zaman kakekku, sungai ini tempat dan milik bersama! Kamu jangan egois!" hardiknya.

"Siapa bilang begitu? Ini daerah kami, Kawan!" sahut seekor buaya di dekatnya.

"Kawan katamu? Kalau perangaimu begini, kita bukan kawan! Kalau mengajak perang, aku siap!" sergah Pak Singa.

Pertengkaran pun tak terelakkan. Singa mengaum sekencang-kencangnya. Buaya menggeram, tetapi kalah kencang. Karena itu, beberapa ekor buaya beringsut mundur meninggalkan tepi sungai.

"Heiii ..., ada apa Pak Singa? Siang cerah begini mengaum mengagetkan saja!" selidik seekor gagak yang terbang melintas dan bertengger di dahan pohon dekat tempat singa berada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline