DUA MATAHARIKU
Ninik Sirtufi Rahayu
Sejak hari itu, aku memang tidak pernah pergi jauh darinya. Bukan suatu kebetulan jika Baskoro pun mengalami nasib yang mirip denganku. Tunangannya bulan lalu pergi meninggalkan dia entah ke mana.
Setelah saling mengemukakan dan mengetahui kondisi masing-masing, kami pun tersenyum.
"Inilah pertemuan jodoh itu rupanya. Mari aku yang akan menggantikan posisi tunanganmu untuk menjadi suamimu, kamu siap?" katanya mantap.
Aku hanya mengangguk. Lalu saat itu kami pun melanjutkan perjalanan darat, setelah Baskoro memperoleh kiriman kendaraan dan sopirnya diminta naik angkutan umum. Kami hanya berdua di dalam kendaraan, seolah sedang melakukan bulan madu.
Baskoro, yang berarti matahari itu sekaligus menjadi pahlawan penyelamatku, bukan hanya memberikan bantuan saat bus kami mengalami musibah, melainkan juga menyelamatkanku dari penderitaan psikis karena pengkhianatan tunangan dan adik kandungku.
Setelah tepat setahun sejak pertemuan pertama, Baskoro kini telah menjadi seorang ayah bagi bayi mungil yang kami namai Mentari Swastamita karena lahir di senja hari yang indah. Mentari, artinya juga sama dengan arti nama ayahnya, matahari. Nah, Baskoro, sang ayah dan putri cantiknya ini benar-benar menjadi matahari bagiku. Matahari yang berhasil mengusir galau, luka, dan dukaku. Dua matahari yang selalu ada dan bersinar untukku! Sumber energi dan inspirasi dalam hidup dan kehidupanku.
***
Sedikit flash back dulu.
Di perjalanan kala itu sungguh hatiku tak tenang. Apa yang telah terjadi muncul sebagaimana film tayang ulang di hadapan mataku. Air mata selalu merembes tak mau ditahan. Ada perasaan ingin marah, tetapi tak kutahu harus marah kepada siapa!
Tiba-tiba suara benturan keras mengagetkan kami. Semua penumpang otomatis menjerit histeris. Tengah malam itu, yang tertidur pulas pun mendadak terbangun. Semua ketakutan. Beberapa orang pun terluka oleh benturan mahadahsyat itu.