Ratu Eunoia
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Eunoia masih berada di tepian kolam. Ia belum beranjak dari tempat itu. Baru saja ia selesai mandi. Dikibaskanlah rambut panjangnya dengan sebelah tangan. Kain yang melilit tubuhnya agak turun memperlihatkan dua bukit kekar. Udara segar yang melewati membuat kedinginan lalu segera ia menyelesaikan acara mandi kramas sore itu.
Sesampai di rumah, Duria, sang suami yang sedang minum kopi tiba-tiba mendapat panggilan mendadak dari istana. Seorang punggawa datang tergopoh-gopoh membawa berita penting.
"Ada apa Paman? Kok tampak terburu-buru?" tanyanya.
"Iya, Jengandika diminta datang ke istana sesegera mungkin!"
"Oh, baiklah!"
Duria berpamit kepada Eunoia sang istri jelita yang bulan lalu dinikahinya.
"Baiklah, Kakanda. Berhati-hatilah!" pesan si istri.
Keesokan harinya, kembali punggawa datang ke rumahnya. Kali ini membawa kabar khusus kepada Eunoia.
"Putri, Jengandika diminta datang ke istana sekarang juga! Pesan khusus dari Raja Asoka!"
"Baiklah! Sendiko dhawuh!" jawabnya tersenyum. Dipakainyalah busana terbaik yang dimiliki untuk menghadap sang Raja.