Aku Suka Main Kartu
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Saat hamil si sulung aku sedang mengerjakan skripsi. Namun, karena perubahan program di perguruan tinggi, oleh dosen pembimbing aku tidak diizinkan lanjut, tetapi diminta pindah program S-1 dengan menambah mata kuliah baru. Mata kuliah semua sudah kuambil, habis. Program baru mulai semester atau tahun ajaran berikutnya. Dengan demikian, aku menganggur dua semester.
Saat itu aku hamil si sulung. Saat hamil tersebut, entahlah aku suka sekali main kartu remi. Aku ajak siapa pun untuk main remi atau empat satu. Seringkali aku hanya main sendirian. Hehe ... seperti orang kurang waras, tetapi mungkin karena membunuh kesepian, sih, ya. Di rumah mertua sendirian. Mertua laki dan perempuan berkecimpung di jual beli, suami menjadi guru swasta sehingga aku tak punya teman. Juga menghindari tidur di kala hamil muda. Mau ke mana? Tetangga semua orang baru bagiku.
Aku pura-pura mempunyai lawan main dan tentu saja aku selalu memenangkan diri sendiri.
Tidak aku sangka ternyata sulungku sejak SD hingga SMA jagoan matematika. Bahkan, pernah hendak dikirim ke luar negeri untuk mengikuti lomba. Sayang, kami tidak bisa menyediakan dana. Akhirnya, posisi sulung digantikan oleh temannya dari keluarga berada.
Namun, rupanya di dalam hati sulung bertekad sedemikian rupa. Saat itu sulung mulai berkeinginan ke luar negeri. Kebetulan, kami memiliki keluarga berpendidikan. Si suami dosen, bahkan dekan suatu perguruan tinggi negeri. Istrinya guru bahasa Inggris. Di rumah beliau tersedia banyak sekali buku, tetapi tidak pernah dimanfaatkan. Termasuk majalah berbahasa Inggris, Daily. Nah, aku menggelitiki anak-anak untuk sowan dan meminjam buku-bukunya dengan catatan tidak robek, rusak, kotor, dan dikembalikan tepat waktu. Di situlah sulung dan kedua adiknya mulai terpicu gemar membaca. Bahkan, sulung mulai bertekad mempelajari bahasa Inggris agar bisa ke luar negari. Di samping itu, kami juga selalu menyediakan falisitas meskipun hanya berupa buku bekas. Setiap bulan, uang jajan kami belikan buku baru sesuai kesukaan mereka.
Kembali pada cerita si sulung. Akhirnya, dia diterima di perguruan tinggi negeri jalur PMDK jurusan matematika. Belum genap empat tahun dia lulus dengan predikat cum laude. Dua tahun setelah lulus diterima di salah satu instansi favorit yang diburu setiap pemuda. Salah satu bank ternama di tanah air. Tahun ketiga diperolehnya kesempatan ke luar negeri beasiswa selama delapan setengah tahun.
Nah, sulung yang dikehendaki-Nya lahir dan diberkati-Nya luar biasa ini, kelahirannya dianugerahi Mazmur 112. Pada saat ini dia dianugerahi kepercayaan untuk menduduki kursi kedua di sebuah kantor cabang yang berada di luar Pulau Jawa. Aku percaya bahwa kebiasaan sejak mengandung itu ternyata berdampak pada si janin. Jika saat mengandung si ibu melakukan hal positif, ternyata terbawa oleh si janin. Bagaimana? Aku sudah membuktikannya! Walau saat itu tentu saja belum paham dan tidak berniat membuktikan kebenaran tersebut. Soli deo gloria!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H