Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Balada Pohon Pinang

Diperbarui: 2 Mei 2024   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Balada Pohon Pinang 

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Siang itu sangat terik. Beberapa jenis rumput di semak-semak sudah sangat kepanasan.

            "Ya, Tuhan ... panas sekali. Aku haus!" jerit beberapa jenis rumput hampir bersamaan. Selanjutnya berbisik atau berteriak bergantian.

            "Iya, sama. Aku juga merasa kepanasan!" seru yang lain.

            Akan tetapi, dua pohon pinang yang tumbuh di antara mereka dengan sombong menimpali suara-suara rumput yang ada di bawah kakinya.

            "Hmmm ... dasar rumput tak berharga. Kenapa kalian menjerit-jerit mengganggu tidurku, hah? Padahal angin sepoi-sepoi sangat nyaman di atas sini!" serunya.

            "Kami kepanasan, Pinang!" seru Putri Malu.

            "Makanya ... jangan berisik! Semakin berisik kamu akan makin merasa kepanasan, tahu! Tenagamu akan habis dengan berteriak-teriak begitu! Bikin polusi suara saja!" sergah Pohon Pinang.

            Semak belukar di bawah pun akhirnya terdiam. Walaupun panas bukan main, mereka hanya mendesis. Tidak berani lagi berkeluh kesah.

            "Ha ... itu ada dua orang yang datang kemari! Mereka pasti akan mencari buah kami. Sementara, kalian, wahai rumput ... pasti akan dibabat habis karena kalian itu tidak berguna! Percayalah padaku!" seru Pohon Pinang dengan bangga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline