Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Kemilau Kejora Itu

Diperbarui: 24 April 2024   02:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemilau Kejora Itu

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Saat Nindi masih kecil, bersama keluarga di desa, hampir setiap malam cuaca cerah, mereka selalu melihat langit luas yang terhampar. Hal itu karena rumah mereka di desa berada di dataran rendah sangat luas. Di depan rumah mereka terbentang sawah yang juga sangat luas. Pemandangan tidak terhalang oleh pepohonan tinggi, kecuali deretan pohon asam jawa yang berjajar di jalan menuju desa sebelah selatan.

Desa tersebut lumayan sangat jauh dari kota kecil kabupaten. Mungkin sekitar tujuh kilometeran. Kiri kanan jalan merupakan persawahan yang ditanami berselang-seling. Kadang padi, kadang tebu. Namun, tetap saja. Ditanami apa pun mereka tetap bisa memandang langit luas.

Sering sekali di tengah malam mereka melihat bintang jatuh. Indah sekali. Suatu pemandangan yang tidak pernah bisa Nindi lihat lagi ketika merantau di kota tempat tinggal yang sekarang. Pemandangan langka bagi Nindi karena di kota ini rumah mereka kampung berhimpitan dengan jalanan berkelok dan naik turun. Khas daerah kota setengah desa, tetapi di dataran tinggi alias pegunungan. Sangat berbeda dengan tempat hidup Nindi di desa! Karena itu, Nindi tidak pernah lagi melihat fenomena bintang jatuh atau apa pun itu! Menyedihkan sekali, bukan?

Pada saat masih kecil, Nindi juga pernah mengalami melihat fenomena 'Lintang Kemukus'. Bintang berekor yang konon bagi masyarakat Jawa dihubungkan dengan mitos dan kondisi berbangsa dan bernegara. Padahal, secara geografi fenomena  itu juga bintang jatuh. 

Sesuai kepercayaan, kalau melihat bintang jatuh mereka harus secepatnya berdoa. Apa pun yang didoakan bersamaan dengan kelebat bintang jatuh itu, konon akan dikabulkan. Ahaha, ... Nindi tidak tahu apakah itu mitos atau nyata. 

Di antara bintang-bintang tersebut, mereka juga selalu melihat rasi bintang gubug penceng, atau rasi salib selatan. Rasi itu selalu mereka lihat dengan jelas. Namun, Nindi lebih terpesona dengan sebutir bintang yang dalam bahasa Jawa disebut Lintang Panjer Esuk  jika tampak di pagi hari, dan berubah nama menjadi Lintang Panjer Sore jika tampak sore hingga malam hari. Nah, bintang yang paling terang dan selalu setia inilah yang terkenal dengan sebutan bintang kejora.

Waaahh ... berbicara tentang bintang kejora, jadi teringat akan lagu kanak-kanak yang diciptakan oleh Pak AT Mahmud. Nindi juga masih hafal dan sangat suka menyenandungkannya, loh! Lagu ini dinyanyikan oleh Tasya Merekala dan Tasya Rosmala. Demikian lirik lagu tersebut:

 

Kupandang langit
Penuh bintang bertaburan
Berkelap kelip
Seumpama intan berlian
Tampak sebuah
Lebih terang cahayanya
Itulah bintangku
Bintang kejora yang indah selalu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline