Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Saat Selasih Pulang Sejenak

Diperbarui: 30 Maret 2024   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat Selasih Pulang Sejenak

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

 

Sekitar jam delapan pagi Selasih sampai di terminal hendak pulang ke kampung halaman di desa. Hatinya sangat bahagia. Sudah dua tahun lebih dia tidak pulang karena sengaja menabung untuk keperluan masa depan. Kini dengan mata berbinar disongsongnya saat pulang dengan bahagia. Pikirnya, dia sekarang sudah lulus SMA. Coba kalau tetap di desa, dia pasti tidak dapat mengenyam dunia pendidikan. Bahkan, jika Tuhan berkenan, dia ingin kuliah di universitas terbuka seperti cerita ibu guru BK-nya di sekolah.

Sepanjang perjalanan, sesungging senyum menemaninya. Ketika bus melewati jalanan berkelok pun dia sudah bisa menikmati. Jauh berbeda dengan dua tahun silam ketika dia berkesempatan pulang pertama kali. Kini dia melihat jalanan yang sama itu dengan sudut pandang berbeda.

"Ya, aku memang harus 'ngabdi' supaya bisa bersekolah tinggi. Kalau nrimo hidup di desa, tak ada yang kuharapkan. Beruntung, ada Mas Haryono anak angkat Bapak dan Emak yang bisa menemani saat Emak kian tua. Apalagi bapak sudah tidak ada dan Emak bersikukuh untuk tinggal di desa. Kata Emak, ketika berada di desa, dekat dengan makam Bapak, hati Emak nyaman dan damai. Emak sudah tidak mau bekerja di kota lagi. Sudah cukup lama Emak bekerja, biarlah kini masa tuanya dihabiskannya di desa. Toh, rumah juga sudah  nyaman digunakan sebagai tempat tinggal," bisik hatinya.

Kalau mengabdi, ikut sebagai abdi pada keluarga kaya, diyakini bisa meningkatkan kualitas pendidikan dan hidupnya. Demikian juga kalau mau nrimo, menerima segala kondisi yang ada. Maka, dikuatkanlah hatinya untuk menapaki jalan hidupnya.

"Emak memang tidak bisa diganggu gugat. Meninggalkan Bapak bertahun-tahun untuk bekerja di kota sudah lelah dilakukannya. Jadi, biarlah sesuka hatinya saja. Toh, aku yang menggantikannya. Justru dengan menggantikan posisi Emak sebagai ART, aku makin pintar. Disekolahkan, diajari berbagai hal dalam rangka mempersiapkan diri sebagai istri yang siap dan prigel  alias terampil dan cekatan, suatu keuntungan besar bagiku. Memperoleh majikan baik hati dan tidak pelit seperti ini juga merupakan suatu anugerah luar biasa. Nah, kurang enak apa, coba?" senyumnya mengembang hingga perjalanan pun dialami dengan tanpa terasa.

Tetiba bus sampai di terminal Blitar. Selasih pun ingin membeli oleh-oleh buat Emak. Dulu biasanya kalau Emak pulang selalu membawakan sambel pecel dan roti semprong. Apalagi carang mas asli kota itu juga enak sekali.

"Pak, berapa lama berhenti di sini?" tanya Selasih kepada kondektur bus.

"Paling tiga puluh menitan, Mbak! Ada yang bisa dibantu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline