Untuk Sebuah Nama
Ninik Sirtufi Rahayu
Rutinitas menyiapkan dana kuliah sang putra, siang itu Lita pulang dari tempat mengajar mengendarai mobil pribadi seperti biasa. Sebelum lanjut ke bimbel tempatnya menyambil, harus cari makan siang dulu di depot langganan. Iseng dinyalakan radio sambil menunggu antrean traffic light di simpang lima. Terdengar syair lagu Pance Pondaag
Untuk sebuah nama, rindu tak pernah pudar
Oh, mimpi di mana dia dambaan hati
Biarlah hanya di dalam mimpi
Kita saling melepaskan rindu
Biarlah hanya di dalam mimpi ...
Senyum kecut menghias bibir mungilnya sambil menunggu lampu hijau di simpang tersibuk kotanya. Lekas ditepis nostalgia yang melintas sekilas.
"Tidak penting!" sergahnya. Nostalgia menyakitkan yang sering mengganggu di dalam kehidupannya.