Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Untuk Sebuah Nama

Diperbarui: 30 Maret 2024   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untuk Sebuah Nama

Ninik Sirtufi Rahayu

Rutinitas menyiapkan dana kuliah sang putra, siang itu Lita pulang dari tempat mengajar mengendarai mobil pribadi seperti biasa. Sebelum lanjut ke bimbel tempatnya menyambil, harus cari makan siang dulu di depot langganan. Iseng  dinyalakan radio sambil menunggu antrean traffic light di simpang lima. Terdengar syair lagu Pance Pondaag

Untuk sebuah nama, rindu tak pernah pudar

Oh, mimpi di mana dia dambaan hati

 

Biarlah hanya di dalam mimpi

Kita saling melepaskan rindu

Biarlah hanya di dalam mimpi ...

Senyum kecut menghias bibir mungilnya sambil menunggu lampu hijau di simpang tersibuk kotanya. Lekas ditepis nostalgia yang melintas sekilas.

"Tidak penting!" sergahnya. Nostalgia menyakitkan yang sering mengganggu di dalam kehidupannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline