Lihat ke Halaman Asli

Ninik Sirtufi Rahayu

Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Di Bawah Pohon Kamboja

Diperbarui: 29 Maret 2024   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di Bawah Pohon Kamboja

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Pagi itu sangat terkejut ketika membaca di grup Facebook salah seorang teman guru yang kami comblangi menikah dengan sepupu suami, dirawat di rumah sakit. Namun, ketika kutanyakan kepada pengunggah di mana alamat rumah si sakit tidak ada jawaban. Empat hari setelah itu, ada yang mengirim WhatsAap memberitakan bahwa yang bersangkutan telah tutup usia.

"Tensiku 152 nih, Pa, aku nggak bisa ikut ke pemakaman," dalihku kepada suami.

"Iya, aku juga ada acara dengan grup. Sudah terlanjur janji mau ikut," jawabnya.

Akhirnya kami berdua tidak bisa mengantar jenazah ke peristirahatan terakhir. Bahkan, sorenya saat doa penghiburan pun kepalaku masih belum nyaman. Rasa berputar dan nyut-nyutan menyebabkan keinginan untuk merebahkan raga di kasur empuk. Daripada terjatuh malah berbahaya, bukan?

Mengingat  sebuah pemakaman, berputarlah memori masa silam. Pernak-pernik mozaik kenangan itu menari-nari bagai puzzle di kepala. Ya, potongan memori yang sangat membuat terkejut dan terharu melintas begitu saja. Maka, sambil rebahan melintaslah dengan jelas satu demi satu puzzle memori itu.

Suatu ketika, orang tua salah seorang teman tutup usia. Bersama  rombongan kantor, aku mengikuti prosesi pemakaman mulai awal hingga akhir. Hari itu bertepatan dengan kalender berwarna merah sehingga bebas tugas dinas.

Saat rombongan kami sampai di pemakaman, jenazah memang belum tiba. Jenazah diberangkatkan langsung dari Gotong Royong -- gedung transit jenazah -- tempat kemarin kami mengikuti ibadah tutup peti. Sementara, sorenya kami sudah ke sana sehingga siang ini kupikir baik kalau aku langsung menuju makam saja. Nah, karena langsung ke makam, mau tidak mau kami harus menunggu beberapa saat hingga upacara ibadah dilaksanakan. 

Apalagi para penggali kubur juga masih belum selesai melaksanakan tugas. Tampak beberapa teman yang sudah hadir ngerumpi berpencar di beberapa titik. Karena siang lumayan terik, masing-masing mencari tempat aman untuk berlindung dari sengat matahari.

Ada beberapa pohon peneduh, di antaranya yang khas adalah pohon kamboja. Mengapa pohon ini selalu ada di area makam? Konon  katanya guguran bunga kamboja segar ini mampu menetralisasi udara sehingga udara segar dipastikan diperoleh para peziarah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline