Lihat ke Halaman Asli

Ninik Karalo

Pendidik berhati mulia

Obsesi di Balik Kisah Perceraian

Diperbarui: 9 September 2020   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Obsesi di Balik Kisah Perceraian

Malam itu rembulan memang sedang bersahabat
Cahayanya membias, ia menyembul
seolah menerangi kalutnya tepian pantai
Andai bintang pun mau membiaskan kilaunya
Tapi untuk apa? Untuk melipat ombak menjadi
lipatan wiron agar deburan ombak
menjelma menjadi perempuan cantik
secantik Ratu pantai?

Kata andai telah lama bertahta
mengacak-acak akal sehat
yang bertahun-tahun terjaga setia
hingga luruh lalu menyerah
sebab kesetiaan tak lagi bermegah
sebab kehangatan ternoda bibir bergincu

Menempel di kulit kerah kemeja, berdalih meeting
Bagai capung menghinggap di tengkuk bak dijilat setan
Tertindih hati, kekhawatiran pun membersit
Terampas hak budget, anggaran belanja negara kecil
Para kurcaci menahan nyeri meraung lantang
Merintih memohon kasih, serta sapaan penuh cinta

Sebab bapak telah menelusup masuk ke sarang laba-laba
Sebab ibu tak tahan, lalu berdalih tak bahagia
Segala yang tersanjung ternyata hanya ilusi
Tak dinyana semua terkuak
si ibu pun menyeruak,
"Itu cara misteri Sang Khalik melindungi. insan-Nya"

Sebab bapak tega menyisihkan jajanan
membagi buat para pengidap kleptomani
Dua insan pun bersepakat
menyelinap di balik alasan beda prinsip
perceraian tak terelakkan.

Apa yang kau cari?
Harta?
Cinta?
Kembalikan belahan jiwaku!

Tapi apa jawab perempuan pembobol cinta
Hai, perempuan belahan jiwa, Ratu istana
Rasanya kubutuh kehangatan yang kau punya
Status nan absah bermain dalam nalar
Ingin kumiliki dia seutuhnya, melegalkan segala hak

Ada hasrat 'ntuk membusung dada
saat melangkah bersama dia
Ingin jemari ini menggenggam erat jemarinya
Tahukah kau? Kuingin kau segera lenyap
agar tiada lagi penghalang melintas
Ingin kumiliki dia seutuhnya

Dan Aku? sela sang Ratu istana
Hai perempuan penyobek hati
Jangan biarkan keangkuhan menjahanamkan diri
Lepaskan ego yang membelit
Aku tahu, menggaduh itu menarik bagimu
Tertawalah di atas penderitaan orang lain

Hai, perempuan pemelintir hati
Ulahmu menyayat, walau di lubuk amarah melumpuh
Telatahmu mengikis simpati, tapi ada hikmah menyeruduk
Teganya membabat hingga sukma menggundah
Kenapa pula harus nelangsa, harusnya disyukuri
Pahamku, Dia memberi tegar lewat semburan konflik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline