Lihat ke Halaman Asli

Ninik Karalo

Pendidik berhati mulia

Bilakah Gerimis Ini Berhenti

Diperbarui: 5 September 2020   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.itl.cat/wallview/Tbbbw_wallpaper

Gerimis menyapa hening pagi,
ia menjemput kuncup harum
romansa pun mengintip
terkadang lambat, sesekali menghilang
namun jejaknya masih tertinggal
di sela aroma mawar berduri pemberianmu
yang menikam jemari saat kuelus mesra

Kristal di tepian mata telah lama tandus
kini terasa bertakung menumpuk
Nurani terusik ketika tiba-tiba kau hunus
anak panah ke arah jantung

Sontak kusadar ini hanya hayalan
yang membuatku menggila
jurus arogan menipu daya pikat
yang mungkin suatu hari nanti
kau lihai memungkiri
semudah menebar senyum ironis

Aku terjaring. Dengan gampangnya
kau sodorkan bucket kembang berpita
mencoba merenda dengan segala harap
Seperti kejora yang membiaskan benderang
itulah aku, kau, kita yang tiada henti menerka
tentang sekelumit rasa yang kian merebak

Aku berbisik tepat di telingamu
"Tidak Sayang, tidak semudah itu!
Apa kau lupa? Berapa banyak mimpi
telah kau lenakan hingga embun subuh
terlewati lalu meninggalkan luka lara?
Waktu tak akan merapuhkan ingatan!"

Kau tahu aku bisa apa?
Aku hanya bisa menghela nafas dalam-dalam,
Batinku pun lirih,
"Kenapa gerimis terus saja tak mau berhenti
Kenapa aroma mawar seolah memanggil-manggil
Kenapa rindu selalu saja mencari-cari alasan
Kenapa renjana datang tak tepat waktu?
Kenapa cinta segarang ini? Kenapa?"

NK/05/09/2020
@SangiheBanuaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline