Kuberi mata kepada hati
Agar hening mampu menelisik makna padi
Mungkin angin telah meniup cahaya bulan semalam
Hingga maknanya terhempas jauh meniti lintasan pagi
Kuberi wujud kepada jiwa
Mungkin rinai telah beranjak bersama peri malam
Hingga kepulan mega terbang angkuh menuju altar
Melonjak-lonjak bagai bidadari tak bersayap
Kupungut cinta dari naluri
Terbang bersama kupu-kupu bersayap putih
Yang cerdas memintal iring-iringan harmoni musik
Meriuh bak lentingan gitar berirama bising
Kukalahkan ego atas kasih
Aku terpaku menatap gigihnya pikat manangkap getir
Tapi mana mungkin perisai bestari menuai padi permisif
Sekejap ilham menjadi gelombang tari, memilin insting
Menganyam rasa yang masih tak berbeda dari yang semalam
Merangkai ketegaran hingga tak pernah ada batas
Aku tak bisa menjinjing hampa lalu berlari mengejar perih
Aku takkan berhenti menggiring petisi
Hingga kata-kataku tenggelam dalam geming
Sebab kau terlalu mahal untuk kuraih
Sebab hargamu selangit tak mampu kubeli
Kau? Manekin antik terbalut gaun berlian
Yang terpajang dalam etalase
Yang hanya bisa kupandang dari luar kaca
Aku akan kembali setelah isi kantongku sepadan
selaras perisai bestari menuai padi yang tak lagi permisif
NK/01/9/2020
@SangiheBanuaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H