Lihat ke Halaman Asli

Ninik Karalo

Pendidik berhati mulia

Puisi | Menyepi untuk Menemukan-Mu

Diperbarui: 20 Agustus 2020   05:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tapakku telah lelah menapaki berjuta butiran pasir di pantai
Desah angin seolah memanggilku 'tuk menikmati alunan gelombang kehidupan
Ada nyanyian sendu, senandung remuk, gelak tawa bercampur tangis
bermain bersama detak-detak keindahan dalam guyuran rinai

Kucoba menelusuri sepanjang garis lekuk di tepian pantai
Kutatap kelok demi kelok, kuterpikat desah mesra dalam suara-suara angin
Desirnya menyejukkan rasa hingga melenakan hayal
Di sini aku terduduk menyepi bukan karena jiwaku berdarah-darah

Aku hanya ingin membawakan sebuntal kisah tentang gelak tawa
Melantumkan lagu klasik bernuansa romansa
Mendendangkan gempita ombak pantai pada sisa-sisa jejak lara
Agar aku bisa menghirup habis aroma renjana,
menikmatinya dalam dekapan

Pada tepian pantai aku terpekur sendiri dalam kesunyian
Aku mencoba melupakan sosok yang pernah menimbun jejak luka
Walau aku memang menyepi di sini menikmati luka
Aku masih mencari suara-suara desir hati dalam guyuran rinai

Tetesannya kini mengaliri rasa yang nyaris hampa
Rintiknya membelai nakal kulit jiwa, mencumbu rayu angan,
aku tersenyum dalam buaian
Desir angin masih membujuk untuk tetap menyandarkan
hatiku pada setiap hembusannya

Detak keindahan terus mengecup lembut di setiap denyut jantung
Dalam guyuran rintiknya, ada air mata lega mengguar dalam syukur
Di sini
Di pantai ini
Aku menemukan-Mu
 

NK/20/06/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline