Lihat ke Halaman Asli

Reality Show Pos Ronda [ECR4]

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Kisah nyata di desa fiksi)

Malam itu angin berhembus pelan, Desa sepi karena warga kelelahan setelah menghadiri hajatan pernikahan Uleng putri Bu Kades.

“... Dunia malam sebenarnya adalah "milik Hansip", sebelum direnggut oleh "anak-anak dugem". Dorma bergumam sambil nyemil keripik singkong di pos ronda.

Kembang yang malam itu menemani Dorma jaga (maklum, komandan Hansip sudah naik pangkat jadi Kades) tak sengaja mendengar gumaman itu.

“Untung di desa kita masih sangat membutuhkan hansip, kl pun banyak warga yg begadang, itupun paling-paling rebutan gorengan” sahut Kembang.

“Mbak Kembang, doakan peran hansip sebagai pemilik malam tetap bertahan yah, karna ini menyangkut harga diri dan kredibilitas para hansip se-rangkat raya.” Dorma menjawab, matanya tetap menerawang, mulutnya tetap mengunyah keripik.

“Rebutan pacar? siapa?” tiba-tiba Ari Jaka nongol, mengagetkan Dorma dan Kembang. Duh, hampir aja sekantong keripik meloncat dari tangan Dorma.

“Ariiiiiii….. bikin kaget….!!! Kalau begadang hanya karna rebutan gorengan sih, tidak apa-apa. asal tidak memprebutkan Ari Jaka ajah!” dorma mencubit Ari. Yang dicubit senyum-senyum meringis.

“saya pengen direbutin. ayo. rebutin dooonggg.” Ari mulai mengedarkan kegenitannya, lalu duduk di sebelah Kembang.

“Ari… kemana aja, Kembang kangen” Kembang si PHH (Pemberi Harapan Hampa) mulai kumat manjanya kalau ada pria.

“Wuahahahhahhahahahahha... mbak Kembang, awas kang Inin suka muncul tiba-tiba. Makan malam dulu ah, ayo semuanya makan dulu.” Dorma ngeledekin Kembang. Sambil membuka rantang makanan, Dorma cengar-cengir, di kepalanya sudah menyala sebuah kompor, dia memang paling jago ngomporin warga. Apa yang dia pikirkan ya?

Kembang.
Kulihat kuncupmu
makin meninggi saja.
Tergerai dilenggok-lenggok
angin yang nakal.
... Ada kupu-kupu hendak mengecupmu.
Di dekat rumput tetes-tetes embun,
kelopakmu warna merah marun jatuh satu.
Namun tak buatmu hilang anggunnya.
Kembang.
Akulah kupu-kupu itu.
Dan aku; mabuk karenamu...

HL...

Tanpa babibu Ari melantunkan sajak andalannya, sajak Rayuan Pulau Kelapa, eh Rayuan Pos Ronda. Dorma dan Kembang langsung berdiri, tepuk tangan, standing applause ini dipersembahkan oleh “Keripik Singkong ala Sekar Mayang”.

“Ha-eL....!!!! aktuwwwaaaalll....!!!! terekomendasi...!!!! hhohoho” Kembang jingkrak-jingkrak.

“Menurut Kembang, kalo nama Ari Jaka diganti sama Ari Kupu-Kupu: Lucu gak? Kan biar kita keliatan lebih serasi gituuu... Ari Kupu-Kupu...ekekekekek” Ari tersipu, memelintir ujung kaosnya.

“Kring…kring…!!!” Bunyi bel onthel mengagetkan penghuni pos Ronda. Siapa lg yg punya onthel klasik kalau bukan mas Kribo Inin.

“Siap-siap, niup kopling Onthel, buwat nabrak kang Ari Jaka!!” Inin melotot, sungguh tak rela melihat Ari Jaka duduk dempet Kembang. Makin nggak rela melihat Dorma melahap keripik tanpa berdosa.

“Wkwkwkwk... Untung saya lagi bawa buldozer, Jadi yang penyok itu onthelnya, ekekekekek....” Ari Jaka terkekeh, senang sekali melihat mas Inin merah padam begitu.

“Hahahahahahhaha... ini tersangkanya Kang Inin,yang lagi berusaha memikat kembang rangkat. Siapa lagi kalau bukan Mas Ari jaka.” Dorma mulai mengompori.


“Ehem.... benerin kerudung dulu ah, ada Ari, ada mas Inin, dorma... sssstttt....” Kembang membetulkan kerudung yang sebenarnya nggk kenapa-kenapa. Sementara Ari senyum-senyum sambil kedip-kedip mata. Lalu Ari berdiri, berdehem. Kedua tangannya membentuk kuda-kuda, siap bersajak rupanya.

Kembang.
Sebaris puisi ini kutulis untukmu.
Mewakili hati yang berputik dan
selalu merindu.
Jika ada yang perjaka yang pantas
... di mata calon mertua, papi mami mu,
ari jaka orangnya,
bukan tembok,
bukan sendok,
apalagi kodok,
akan ku mahari kau dengan kulkas
isinya es krim, puding sama koktel,
bawang sama bayem juga ada sih,
tapi itu nanti,
untuk anak kita biar kuat kayak
popeye the tailor man, ckikikik...

Kembang, plis, terima hasrat cintaku
yang geloranya bagai guguran petir di depok,
bagai jatuhan hujan di bogor,
bagai putaran angin di majalengka,
bagai gemuruh larva di gunung merapi,
bagai harumnya kembang seroja di pelupuk matamu
yang beningnya ngalahin air perasan beras merah.

Kembang, pliss, ketik Ari Jaka spasi Cinta
dan kirim ke Hati Saya.

“Mbak Dorma, pinjem penthungaaaaannn.. Buwat nimpuk kang Ari Jaka!!!” Inin kelimpungan, nggak terima pujaan hatinya dirayu di depan mata, bawa-bawa kulkas pula.

“Duh, sumpah, itu sajaknya Ari bikin kembang pengen....masak bayam.... hoohoho... mantab...” Kembang kembali standing applause, mengabaikan Inin yang menarik-narik ujung kerudungnya.

“Mbak Kembang…. Cepatlah sadar…..” Inin meratap. Kembang mengalihkan pandangan pada Inin.

“Mas kribo... kasih nafas buatan dong biar Kembang sadar...” sempat-sempatnya si Kembang memanja pada dua pria, hhmmm….

“Hahahhahahhahahahahaha... suka…suka…” giliran Dorma standing applause.

“Hey Ari, bukannya kamu sudah punya pacar si Sekar Mayang? Waaah… mau saya laporin ke mbak Sekar ya?” Inin mengancam Ari.

“Waduh. (garuk-garuk) pacar saya pemarah. Kalau ketahuan saya pasti langsung diputusin. Kecuali kalau nanti saya diputusin sama dia, saya langsung disambungin ke Kembang. a hi hi hi...” Ari berkelit, alis matanya terangkat sebelah.

“hahahahahaha.... dassssyyaaaarrrAri, kagakkkk Kembang takut disantet pacarmu” ujar Kembang sembari mendekat pada si kribo.

“Barusan saya diputusin pacar saya. Ya udah, buat mempersingkat waktu, atas nama cinta, saya deklarasikan kalau mulai detik ini Ari Jaka bakal ngejar Kembang, saya ikhlas meski disuruh ngecat tol cipulrang sama calon mertua, mami papi nya... kembang......

Tolong sampaikan, salam baktiku untuk ayah bundamu Kembang, dan mohon dimaapken daripadanya Ari Jaka ini belumlah membawa martabak untuk mami papi mertua :) besok ya, kalo ke pasar malam lagi, ari jaka beliin deh, sekalian sama pecel lele nya...
...mmm, malam minggu besok, saya mau nonton wayang kulit, mau gak kembang nemenin saya, jangan kuatir, semua biaya jajan dan ngemil ari jaka yang ditraktir, (belum gajian sih, ckikik) tapi tenang aja, minggu depannya giliran ari jaka yang ditraktir, lho, ckikikik...”
Ari merayu Kembang sambil menyodorkan sesuatu, bukan bunga, tetapi segenggam keripik singkong.

“Appaaaa???? Mau gulat di sini ya?” Inin tidak terima, segera dia melinting lengan kaosnya, bersiap menantang.

Apa yang akan terjadi? Nantikan reality show Pos Ronda selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline