Hujan, selalu membawa romansanya sendiri, kemudian menularkannya padaku. Lama sudah aku tak menarikan tarian hujan. Dulu... aku meniti romansa dengan lelaki itu. Lelaki Hujanku. Taman Tujuh, saksi bisu kedekatan kami. Adakah lelaki hujan mengingatku? Mengingat adaku? Dan mengingat janjinya sendiri untuk menjagaku?
"Dek Kembang, mas janji akan menemanimu meski kau tak meminta" begitu ujarnya dulu.
Tapi sekarang lelaki hujan tak kembali padaku. Kepulangannya meliput pendakian Zwan si Gadis petualang tak juga membuatnya mendekatiku. Apa karena gossip kedekatanku dengan mas Krino Inin? Atau dia enggan karena mas Kades Hans menghadiahiku kado kebaya (untuk lamaran, kata mas Hans)?
Ah, bukan... Pesona Zwan lah yang telah mengalihkan perhatiannya. Siang tadi kulihat dia bercengkrama dengan Zwan di depan studio Rangkat. Saat itu hujan dan aku hanya bisa memandang dari balik payung bermotif bunga yang dia berikan padaku dulu. Hujan bukan lagi milikku rupanya. Hujan bukan lagi romansaku dengannya.
Aku cemburu duhai Lelaki Hujanku.
Lelaki hujan, mengakrabkanku dengan gerimis, rinai, dan deras
Tak ada kata terlalu
Telah semampu kupersembahkan reguk, sebanyak dituangkan
Lelaki hujan membingkai kenang
Warna ini adalah riwayat yang dia tulis di hatiku.
Lelaki Hujan menenggelamkan tatapan
Beberapa detik terpasrahkan…
memejam pada rintik yang menari-nari mencumbui bumi
Hujan kini menembusi awan
Mengingatkanku akan lelaki hujan
Mas Repotter, Lelaki Hujanku....
Adakah Kembang harus melepasmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H