Gerimis lembut turun dari langit biru, Seperti rahmat dari langit, membawa harap yang baru. Mereka menyentuh tanah dengan lembut, seperti sentuhan sayang, Menghidupkan puisi-puisi yang tertanam, di dalam pikiran yang tenang.
Dalam setiap tetes gerimis yang jatuh dengan lembut, Puisi-puisi muncul, seperti bunga-bunga yang sedang mekar. Mereka tumbuh dengan kata-kata, penuh warna dan makna, Sebuah taman kata yang indah, tumbuh dari tanah pikiran yang subur.
Gerimis menghidupkan imajinasi, mengisi hati dengan inspirasi, Seolah-olah memeluk hati dengan kelembutan, tanpa henti. Puisi-puisi pun berkembang, seperti dedaunan yang hijau, Mengajak kita berjalan dalam aliran kata, menuju dunia yang abadi.
Lihatlah, setiap tetes gerimis adalah sajak yang tak terucapkan, Mengalir dalam nada-nada pelan, merasuki jiwa yang lapar. Mereka mengisi ruang kosong dengan arti, seperti cahaya dalam gelap, Gerimis dan puisi, menyatu dalam harmoni, seperti tari yang lembut.
Jadi biarkan gerimis terus turun, mengalir dalam keheningan, Menyuburkan puisi-puisi, seperti bunga-bunga yang mekar di musim semi. Dalam kelembutan gerimis, dalam keindahan kata-kata yang tercipta, Pikiran kita menjadi kebun kreativitas, yang tak pernah berhenti tumbuh.
Surabaya, Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H