Lihat ke Halaman Asli

Kita, Pekerjaan dan Kasta

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ ga dibales sis “

“lagi repot kali, tapi pernah juga waktu dia online di FB, aku sapa, bales sih…tapi abiz itu kayaknya dia asik sama yang laen deh”

Kami saling bertatapan, benggong, ga ada ide sama sekali. Bermacam teori muncul di kepala. Tapi satuyang harus ditekankan, bahwa kami harus berpikir positif. Dilarang su’udzon! Tapi sedikit merenung dan mencoba mengambil pelajaran boleh kan…

Fenomena atau entah apalah itu namanya. Ketika status sosial seseorang meningkat, mereka cenderung untuk memilih teman / pergaulan yang sepadan. Boleh-boleh saja memang. Tinggal kita menilai dari sudut pandang yang mana.

Ketika kita berada dalam posisi yang sama, kita berhak memutuskan bagaimana menyikapi teman lama yang kita miliki. Katakanlah, teman kita itu, belum mapan seperti kita atau belum memiliki pekerjaan yang belum bisa dibanggakan. Notabene pekerjaan merupakan bagian dari status sosial itu sendiri.

Kasta itu memang ada apapun jamannya. Kasta memang kasat mata tetapi jelas keberadaannya sebagai tembok pemisah. Untuk sekedar bersilaturahmi via sms saja sulit. Mungkin ada rasa kekhawatiran, kalau teman-teman lamanya mau mengambil keuntungan darinya. Atau mungkin malu, karena teman lama dianggap tidak satu level lagi. Bisa juga dia sedang mengalami sindrom. Uups… kelas berat nih..

Sindrom datang di lingkungan yang baru. Memiliki jabatan, yang kedatangannya ditunggu banyak orang. Yang ketika bertemu harus buat janji dulu. Belum lagi disegani tetangga kanan kiri. Sungguh kehidupan yang sempurna. Namun hal ini sebuah proses bagi setiap orang yang menghadapi naik kelas seperti ini. Mirip penyakit flu, sindrom ini bisa menyerang siapa saja, dia, saya dan bisa juga anda.

Ada yang dapat melewati dengan baik, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang bijak. Namun banyak juga yang kebablasan. Ya Tuhan, semoga saya dan anda mampu melewati sindrom ini dengan mulus.

“ sis…dibales-dibales…jam 4 katanya”

Tuhan terima kasih, teman kami masih kau selamatkan….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline