Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana, Paradoks, dan Kejutan

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_100789" align="alignleft" width="150" caption="ceritanya bukan tentang bernard bear"][/caption] KOMPASIANA

Saya mengenal Kompasiana melalui seorang teman. Sayangnya, Kompasiana tidak mempunyai rubrik Resep Masakan, Fashion, atau Interior. Karena itu, saya jarang berkelana di Kompasiana. Sesekali saya membaca cerpen atau tips-tips kesehatan. Tetapi saya hanya seorang pembaca tanpa identitas, dan saya tidak memberi komentar karena saya belum menjadi anggota.

PARADOKS

Beberapa waktu yang lalu, beberapa Kompasianawan/wati mengumumkan adanya suatu parade penulisan dongeng anak (Paradoks). Saya tertarik dengan kegiatan tersebut, bukan untuk menjadi penulis dongeng, tetapi untuk memberi komentar. Saya pikir bahwa kegiatan ini adalah sesuatu yang positif. Banyak anak Indonesia yang menggemari komik-komik mancanegara seperti Jepang. Komik-komik tersebut, tentunya, memuat kebudayaan negeri asalnya. Dengan adanya Paradoks, yang diharapkan dapat memperkaya dongeng dengan budaya Indonesia, anak-anak kita akan lebih banyak mengenal budaya sendiri.

KEJUTAN

Karena ingin memberi komentar pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan dongeng-mendongeng, saya mendaftar menjadi anggota Kompasiana. Kemudian, saya memberi komentar pada salah satu tulisan Bpk David Solafide. Dalam berkomentar, saya hanya ber’hahahehe’.

Kejutan itu datang ketika Bpk David mengajak saya untuk bekerjasama menulis sebuah cerita (dongeng). Sebagai Kompasianawati baru dan sebagai seorang yang buta internet, saya menjadi bingung untuk menerima atau menolak ajakan tersebut. Saya beritahukan kepada beliau bahwa saya bukan seorang penulis dongeng. Beliau menantang saya untuk mencoba. “Kita tidak akan tahu apakah kita bisa melakukan sesuatu atau tidak jika kita belum mencobanya,” kata beliau. Pak David mengirimkan kepada saya sinopsis cerita itu, dan saya harus menulis keseluruhan ceritanya. Beberapa kali saya kirimkan kepada beliau, dan dengan telaten Pak David mengarahkan saya tentang penggunaan tanda baca, pemilihan kata, dsb. Saat ini, ceritanya sudah hampir rampung. Pak David juga memberi tahu bagaimana caranya menayangkan tulisan di Kompasiana. Ini adalah sebuah pengetahuan dan pengalaman baru bagi saya. Wah, rasanya jadi nggak sabar untuk segera menayangkannya. Deg deg plas, deg deg plas. (ning tri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline