Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Film "How to Make Millions Before Grandma Dies" Dapat Memengaruhi Emosi

Diperbarui: 4 Juni 2024   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film asal Thailand garapan sutradara Pat Boonnitipat ini terus mendapatkan perhatian dari masyarakat Indonesia, dan sudah tembus lebih dari 2,5 juta penonton. Tercatat telah mengumpulkan lebih dari 100 ribu penonton tiap harinya. Selain karena alur cerita yang menarik dan relate dengan kehidupan nyata. Aktor terkenal asal Thailand, Billkin Puthipong dan Tontawan Tantivejakul andil menjadi pemeran utamanya.

How To Make Millions Before Grandma Dies menceritakan tentang M (Bilkkin) yang telah berhenti bekerja lalu memutuskan untuk merawat neneknya yang ternyata memiliki kanker usus stadium 4 yang tinggal sendirian. Dibalik sikap baiknya ini, M memiliki niat terselubung untuk mendapatkan warisan dari neneknya. 

Idenya tersebut muncul saat sepupunya Mui (Tontawan), mendapatkan warisan rumah kakeknya setelah Ia menjadi cucu kesayangan yang telah merawat kakeknya selama sakit. Seiring berjalannya waktu saat mengurus neneknya, hati M mulai tergerak ketika ia sadar bahwa neneknya jarang dijenguk oleh anak-anaknya.

Menurut penonton yang telah menyaksikan, film ini sangat menguras air mata dan membuat para penonton menjadi emosional. Selain karena ceritanya yang relate bagi beberapa orang, respon emosi seseorang saat menikmati film menjadi suatu hal yang mencakup semuanya sehingga mampu dimengerti seseorang.

Respon emosional manusia saat menonton film atau video adalah salah satu hal kompleks yang dipahami oleh manusia. Masalah kompleks ini dimulai dengan pertanyaan mengapa orang ingin  menghabiskan waktu dan uang dengan duduk di ruangan gelap sambil menatap layar selama satu bahkan hingga dua jam. 

Ketika suatu stimulus muncul dalam bentuk video yang diikuti dengan suara dan diamati, maka visual, auditori, dan otak mulai merespon. Film dapat memunculkan berbagai emosi, termasuk kegembiraan, kemarahan, kesedihan, ketakutan, dan kecemasan. Respon emosional ini mencakup seluruh aspek dan dapat dipahami oleh individu.

Film yang bagus harus mampu memikat penontonnya. Kita masuk ke dunia karakter dan merasa seperti kita merasakan apa yang mereka rasakan. Dalam film ini kita dapat berpikir bagaimana jika kita telah menjadi seorang ibu yang tinggal sendirian karena anak-anaknya telah sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing. 

Upaya ini memicu pelepasan oksitosin, hormon yang berhubungan dengan perasaan empati dan kasih sayang. Audio dan visual yang ditampilkan dalam film dapat memengaruhi emosi kita. Warna, suara, efek visual yang unik dapat membuat kita merasa tertarik pada jalan cerita film. 

Dengan tone warna yang hangat, ditambah dengan latar belakang musik yang pelan dan sendu membuat penonton semakin emosional. Saat kita menonton film, kita mengalami emosi dan pelepasan hormon yang serupa dengan pengalaman nyata, meski dengan tingkat yang lebih rendah.

Tidak hanya memiliki efek pada persepsi dan perilaku, film juga mungkin secara signifikan berpengaruh pada persepsi kita terhadap fenomena spesifik. Karena kita merasakan emosi dan hormon diproduksi seakan-akan kita telah benar-benar mengalami sesuatu, meskipun dalam skala yang jauh lebih kecil. Banyak teori psikologi mendasari pemahaman melihat bagaimana film mengubah persepsi dan keyakinan pribadi yang berdampak pada perilaku dan perasaan kita. 

Referensi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline