Lihat ke Halaman Asli

Kebenaran dan Kesalahan dalam Pengetahuan

Diperbarui: 4 April 2017   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebenaran merupakan salah satu hal penting pada pengetahuan. Pengetahuan sendiri sering kali dimengerti sebagai kepercayaan yang benar dan yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan pertanyaan tersebut dapat di jawab. Ada berbagai macam kebenaran, sebelum kita memahami pengertian dan kedudukan kebenaran, ada beberapa istilah pembeda seperti istilah ‘’benar- salah’’, ‘’betul- keliru’’, ‘’tepat- meleset’’, dan ‘’sahih- tak sahih’’.

Pengetahuan merupakan perpaduan dan gabungan system pernyataan. Pernyataan bisa dinilai benar atau salah dalam bahasa Inggris “true- false” yang bisa dianggap benar atau salah adalah isi pernyataan tentang apa yang dipersepsikan. Contoh, Retno melihat laki-laki, dia mempersepsikan dan mengungkapkan bahwa laki-laki itu ganteng dengan potongan rambut cepak, berkacamata, punya lesung pipi dan warna kulit coklat sawo matang.

Istilah betul- keliru dalam bahasa Inggris ‘’truth- error’’, dipakai untuk menilai keadaan orang atau si pembuat pernyataaan sebagai akibat dari pertimbangan danatas suatu proposisi. Contohnya orang itu dikatakan betul apabila dia menganggap dan menyakini benar apa yang senyatanya benar. Dari pernyataan yang benar bisa dicontohkan seperti: “Bumi itu berputar mengelilingi matahari. ’’Orang bisa dikatakan keliru karena ia menganggap dan menyakini apa yang senyatanya salah dengan menegaskan ‘’Bumi itu dikelilingi matahari.’’

Istilah tepat- meleset dalam bahasa Ingggris “ correct-incorrect” dipakai untuk menilai jawaban atau suatu pertanyaan, dan dapat juga digunakan untuk menilai suatu pertanyaan apakah tepat atau belum dengan pokok persoalan, serta dipakai untuk menilai suatu penilaian, pertimbangan, dan putusan. Tepat ketika pertanyaan yang diajukan langsung mengenai pokok persoalan yang sedang dibicarakan atau jawaban yang ingin dicari. Tepat juga apabila kena sasaran , atau dapat menyelesaikan soal yang diajukan. Contoh, Wisang mengajukan pertanyaan kepada Delpita yang menggunakan kacamata,”kenapa kamu memakai kacamata?” maka Delpita akan menjawab alasannya memakai kacamata karena matanya sebelah kiri sudah minus 1 dan sebelah kanan minus 2.

Sedangkan istilah sahih- tak sahih digunakan untuk menilai proses, prosedur atau langkah-langkah penalaran dan penyimpulan suatu argument. Yang dinilai adalah metode atau cara kerja yang dipakai untuk mencari dan memperolehnya.

Pengertian Kebenaran

Pengertian kebenaran ini secara umumnya terbagi atas beberapapembeda :

Pertama, secara umum orang membedakan antara “kebenaran faktual” dan “kebenaran nalar.” Kebenaran faktual adalah kebenaran tentang ada tidaknya secara factual di dunia nyata sebagaimana dialami oleh manusia (biasanya diukur dengan dapat tidaknya diamati secara indrawi) apa yang dinyatakan. Pada prinsipnya kebenaran ini bisa diuji kebenarannya berdasarkan dengan pengamatan indrawi. Kebenaran factual ini dapat menambah pengetahuan dan kebenaran ini bersifat nisbi dan mentak. Sejauh dapat diterima dan diakui karena sampai sekarang belum ada alternative atau pandangan lainnya. Kebenaran nalar adalah kebenaran yang bersifat tautologis dan tidak menambah pengetahuan baru mengenai dunia ini, tetapi dapat digunakan sebagai sarana membantu memperoleh pengetahuan yang benar atau dapat membantu memperoleh kebenaran faktual. Kebenaran ini terdapat dalam logika dan matematika. Bersifat niscaya dan mutlak. Kebenaran ini didasarkan atas penyimpulan secara deduktif yaitu dari yang umum.

Kedua, menurut Thomas Aquinas, orang dapat membedakan antara kebenaran ontologis (veritas ontological) dan kebenaran logis (veritas logica). Kebenaran ontologis adalah kebenaran yang terdapat dalam kenyataan, baik spiritual atau material, yang meskipun ada kemungkinan untuk diketahui, masih lepas dari gejala pengetahuan. Misalnya kebenaran tentang kehidupan kekal, keabadian jiwa. Kebenaran logis adalah kebenaran yang terdapat dalam akal budi (si penahu) dan kenyataan. Menurut Thomas Aquinas, kebenaran dalam pengetahuan manusia terjadi dalam bentuk pengarahan melalui proses yang tidak ada hentinya dan tidak lepas dari indra. Manusia yang skeptis yang masih mempertanyakan banyak hal yang masih dicari kebenarannya. Manusia masih terus mencari jawaban-jawaban atas apa yang dipersepsikannya melalui indranya dan karena akan terus mengkonstruksi pikirannya.

Ketiga, kaum eksistensialis menekankan pentingnya eksistensial, yaitu pada subjek penahu dan ada dalam intern atau secara personal. Subjek secara langsung terlibat dalam perkara yang kebenarannya dinilai dan dipertaruhkan.

Secara umum kebenaran adalah sebagai kesesuaian antara apa yang dipikirkan atau dinyatakandengan kenyataan yang sesungguhnya. Kebenaran ini sebagai “ketaktersembunyian adanya,” kebenaran di sini dimengerti sebagai terletak pada objek yang diketahui, atau pada apa yang dikejar untuk diketahui. Menurut Plato, kebenaran sebagai ketaktersembunyian adanya tidak dapat dicapai oleh manusia selama hidupnya sama halnya menurut Thomas Aquinas sebagai kebenaran ontologis.

Berbeda dengan Aristoteles yang menurutnya bahwa kebenaran lebih memusatkan perhatiannya pada kualitas isi pernyataan yang dibuat oleh subjek penahu ketika ia memberikan putusan baik afirmatif atau negative. Kebenaran ini dimengerti sebagai kesesuaian antara subjek penahu dengan objek yang diketahui. Tetapi yang paling besar ada pada subjek penahu karena adanya akal budi dan dikenal dengan kebenaran logis.

Kedudukan Kebenaran

Kedududukan kebenaran dalam tradisi Aristotelian pertama adalah kebenaran berada pada subjek penahu , bagaimana subjek ini mengetahui dalam pikirannya kemudian diungkapkan dengan bahasa baik lisan maupun tertulis, dari kepercayaan-kepercayaan yang diyakininya. Tetapi karena kebenaran merupakan persesuaian atau penyamaan akal budi dengan kenyataan (idelitas-realitas), kebenaran juga terdapat pada objek atau kenyataan yang diketahui. Kebenaran ini terdapat pada relasi antara subjek penahu dan objek yang diketahui.

Teori-teori Kebenaran

Syarat-syarat yang perlu dipenuhi agar pernyataan dapat dikatakan benar. Kita tahu apa arti pernyataan itu; kita tahu bagaiamana menguji kebenarannya; kita mengetahui cukup bukti yang memadai untuk mempercayai atau menerimanya. Selain dibahas tiga teori klasik masih ada teori yang disebut dengan Teori Kebenaran Performatif adalah teori yang menegaskan bahwa suatu pernyataan itu benar apabila apa yang dinyatakan itu sungguh terjadi ketika pernyataan itu dilakukan (performed). Contohnya, pernyataan itu benar dan melakukan sesuatu hal sesuai dnegan yang dinyatakan yaitu ketika seorang pejabat resmi yaitu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang melantik Walikota dan wakil walikota Jakarta Timur dengan mengatakan “dengan ini saya melantik Anda menjadi walikota dan wakil walikota Jakarta Timur. Menjadi tidak benar apabila orang yang tidak memiliki wewenang atau kekuasaan mengucapkan kalimat pelantikan. Teori Kebenaran Konsensus yang dikemukakan oleh Thomas Kuhn adalah teori yang mengajarkan bahwa suatu teori ilmiah dianggap benar apabila dapat disetujui oleh komunitas ilmuwan bidang yang bersangkutan sebagai benar. Sedangkan menurut J. Habermas bahwa syarat untuk kebenaran pernyataan-pernyataan adalah kemungkinan adanya persetujuan dari para partisipan rasional dalam suatu diskursus (wacana). Kebenaran ini ada apabila apa yang dinyatakan memang benar, jika valid dan apa yang dikatakan serta tindak tutur yang kita pakai menegaskan pernyataan adalah absah. Ada syarat-syarat yang perlu terpenuhi, pernyataan itu seharusnya dipahami, isi proporsional dari pernyataan tersebut benar, sewajarnya atau dapat dibenarkan pembicara membuat pernyataan tersebut dan pembicara ini memang benar dan jujur.

Teori Kebenaran Korespondensi atau kesesuaian antara yang dinyatakan dengan objek yang dirujuk. Kebenaran ini yang menyatakan bahwa suatu pernyataan benar atau salah, benar bila pernyataan tersebut berkorespondensi (sesuai) dengan objek yang dirujuk oleh pernyataan tersebut. Atau terdapat kemiripan struktur antara apa yang dinyatakan (proposisi yang diungkapkan dalam suatu kalimat) dan suatu fakta yang objektif di dunia nyata. Contoh, Kampus FISIP Atma Jaya ada di daerah Babarsari. Thomas Aquinas mengikuti tradisi Aristoteles yang meyakini adanya kesesuaian antara akal budi dan kenyataan.

Teori Kebenaran Koherensiberakar pada pertama fakta bahwa matematika dan logika adalah sistem deduktif yang ciri hakikinya adalah konsistensi, kedua sistem metafisika rasionalistik yang sering kali mengambil inspirasi dari matematika. Koherensi ini harus konsisten dengan pernyataan yang sudah ada, pada pandangan berdasarkan ciri yang sistematik dan deduktif dari matematika dan logika ke dunia nyata serta melekatkan ciri-ciri matematis dan logis yang bersifat niscaya. Dalam pandangan ini sebenarnya kita tidak dapatsungguh mengetahui sesuatu tanpa kita mengetahuinya sebagai bagian dari suatu keseluruhan sistem. Kebenaran yang utuh merupakan keseluruhan sistem. Teori koherensi hanya mungkin sejauh orang dapat menerima pandangan tertentu tentang logika dan matematika di satu pihak, dan di pihak lain tentang adanya relasi internal.

Teori Kebenaran Pragmatis secara umum pragmatism adalah paham pemikiran yang menekankan akal budi manusia sebagai sarana pemecahan masalah dalam menghadapi persoalan kehidupan manusia baik yang bersifat praktis maupun teoritis. Teori ini menekankan peran aktif dari subjek penahu dalam mencari kebenaran dan mengkritik serta memberikan alternative yang menarik terhadap teori pengetahuan yang menganggap subjek penahu melulu sebagai penonton yang pasif. Teori ini dianggap masuk akal dan benar apabila sejauh yang dibicarakan menyangkut kasus yang perlu penyelesaian dan penyelidikan.

Kesalahan dan Kekeliruan

Kekeliruan ini dimaksudkan sebagai tindakan kognitif subjek penahu, dan suatu hal yang salah dianggap benar. Kesalahan adalah hasil dari tindakan kekeliruan. Kekeliruan dapat muncul karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti belum banyak bukti atau bukti tersebut belum tentu sah. Cepat dalam membuat putusan yang belum cukup bukti untuk dinyatakan sebagai kebenaran. Kerancuan dan kebingungan akibat dari emosi, perasaan yang mengganggu konsentrasi atau membuat kurang terbuka terhadap bukti-bukti yang ada. Prasangka atau dugaan dan bias dari subjek penahu maupu dari realita sosial. Kekeliruan juga terjadi karena kekeliruan penalaran dan tidak mematuhi peraturan atau kaidah-kaidah sehingga menjadi tidak sah.

Sumber :

J. Sudarminta. 2002. Epistimologi Dasar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline