Lihat ke Halaman Asli

Nine Nindya

Sang Petualang Kata, Penjelajah Makna

Ketika Alam Menyapa

Diperbarui: 15 Desember 2015   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Beautiful Garden"][/caption]
Rasanya buntu. Ia merasa seperti idenya terhalang oleh sesuatu. Tak berkedip ia memandang layar monitor di depannya. Kelap-kelip kursor terlihat tak sabar ingin segera diajak berlari. Namun, ia malah bertopang dagu. Menggaruk kepalanya yang bersih dari kutu. Sesaat angin berhembus lewat jendela yang terbuka di dalam kamarnya. Semilir hembusan angin tiba-tiba saja terasa sangat menyegarkan. Mengusir gerah yang membawa gundah.
Jika suntuk, keluarlah. Berjalanlah. Langkahkan kakimu. Biarkan telapak kakimu menapak, menjejak tanah yang basah.
Begitu suara hatinya menyeru. Tak menunggu waktu, ia pun segera beranjak keluar pintu. Melangkahkan kaki dengan semangat menggebu. Tak lama kemudian ia mulai menelusuri jalanan yang berdebu. Ia biarkan kakinya melangkah bebas. Ia edarkan pandang sejauh mata memandang. Menatap cakrawala tanpa batas. Menikmati musik alam yang bersahutan tiada henti. Ia kosongkan pikiran dari segala beban.

Tak terasa, sampailah ia di sebuah taman yang indah menawan. Dihirupnya udara dalam-dalam hingga dadanya mengembang. Lalu, perlahan-lahan, dikeluarkannya udara dari dalam paru-parunya. Betapa sangat menyegarkan dan melegakan. Ia memejamkan mata sejenak, menikmati diri dari kebebasannya. Kebebasan dari beban pikiran. Kebebasan dari belenggu waktu. Kebebasan untuk berekspresi. Saat ia membuka mata kembali, rombongan kupu-kupu terbang melintas di hadapannya.

Ayo, menarilah bersama kami, ajak si kupu-kupu. Ia pun menari bersama sang kupu-kupu. Setelah puas, ia beralih mengamati burung-burung yang meloncat dari dahan ke dahan sambil berdendang riang.

Ayo, menyanyilah bersama kami, ajak si burung. Ia pun menyanyi bersama dengan burung-burung kecil itu. Setelah puas, ia mengedarkan pandang ke sekeliling. Tak jauh darinya, dua orang balita sedang bersuka cita bermain bola dan boneka. Mereka tertawa riang bersama.

Ayo, bermain dan tertawalah bersama mereka, saran si belalang yang bertengger di pundaknya. Ia pun menghampiri kedua balita itu dan bermain bersama mereka dengan penuh gembira. Kini, ia merasa sangat bahagia. Wajahnya terlihat ceria dengan senyum manisnya. Mentari pun tertawa melihatnya. Sementara sang kumbang geleng-geleng kepala dibuatnya.

Lalu, ketika akhirnya ia kembali, ia pun bersemangat menatap layar monitornya. Tersenyum lebar pada sang kursor yang ternyata setia menunggu dengan sabar. Kini kursor itu lincah berlari mencipta huruf demi huruf yang terangkai indah menjadi kata penuh makna. Menjalin sebuah cerita yang kini sedang kau baca.

Kawan, terkadang kita memang perlu untuk berhenti sejenak. Sekedar mendengar suara alam yang menyapamu, mengajakmu berbagi insprasi.
Karena refreshing itu sungguh perlu.
Berhentilah sejenak. Dengarkan suara alam yang menyapamu.

Nine Nindya♥
catatan akhir tahun
Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline