Lihat ke Halaman Asli

Kurangnya Edukasi Penggunaan Antibiotik di Indonesia

Diperbarui: 24 Oktober 2024   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Pinterest

Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan. Kesehatan menggambarkan kesempurnaan kondisi fisik, mental, spiritual, dan sosial dari individu. Kesehatan sangat erat kaitannya dengan pola hidup dan kebiasaan berobat Obat adalah bahan atau kombinasi bahan baik biologi maupun kimia yang diracik atau dibuat secara medis untuk membantu sistem fisiologi tubuh dalam mencegah atau melawan patogen. Obat dibutuhkan ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan. Obat juga termasuk bahan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh ataupun mempengaruhi sistem kerja tubuh untuk tujuan tertentu, misalnya kontrasepsi. Dalam penggunaannya, obat harus diperoleh dan dikonsumsi berdasarkan hasil pemeriksaan dan peresepan oleh dokter. Obat memiliki banyak jenis dan setiap jenis obat memiliki indikasi, dosis, cara penggunaan, serta efek samping yang berbeda-beda. Penggunaan obat secara sembarangan justru dapat berdampak buruk bagi pasien atau konsumen. 

Antibiotik adalah salah satu jenis obat umum yang sudah beredar di masyarakat. Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan infeksi  yang timbul akibat adanya bakteri. Infeksi merupakan penyakit yang diakibatkan oleh mikroorganisme sebagai respon tubuh akibat stimulasi dari sistem pertahanan tubuh. Persoalan antibiotik terjadi secara global tidak hanya terjadi di Indonesia. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional atau sembarangan dapat mengakibatkan peningkatan resistensi antibiotik secara signifikan. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus bijak dan rasional untuk mengurangi beban penyakit, khususnya penyakit infeksi. Bakteri akan semakin kebal atau mudah bermutasi terhadap pemberian antibiotik yang tidak rasional. Hal tersebut  dapat mengakibatkan antibiotik tidak memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang biasa disebut dengan resisten bakteri. Bakteri yang resisten menyebabkan infeksi akan lebih sulit penyembuhannya karena bakteri yang resisten tersebut menghasilkan protein atau enzim yang bisa melemahkan atau menghancurkan antibiotik. Kemampuan bakteri dalam melemahkan potensi dari antibiotik disebut resisten. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antibiotik yang tepat dan rasional dapat mengakibatkan terjadinya resistensi, Selain itu, dapat menyebabkan peningkatan timbulnya bakteri patogen yang resisten terhadap berbagai obat antibiotik.

Riset yang dilakukan oleh Pratiwi et al. (2020) di Desa Bantir, Jawa Tengah disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang obat antibiotik masih rendah. Ketidakpahaman terhadap obat tersebut menjadi pemicu penggunaan antibiotik secara sembarangan dan menyebabkan resistensi bakteri. Alih-alih sembuh, bakteri patogen justru semakin kuat dan lebih sulit disembuhkan jika terjangkit infeksi bakteri itu kembali. Menurut hasil riset oleh Amelda, A. et al. (2023) masyarakat menggunakan antibiotik untuk mengobati penyakit-penyakit yaitu demam (25,97%), luka Infeksi (25,97%), diare (11,69%), pilek (12,99%), Infeksi saluran kemih (5,19%), sakit kepala (3,89 %), sakit tenggorokan (5,19%), pegal-pegal (5,19%), gonore (2,59%) dan campak (1,29%). Padahal, penggunaan antibiotik hanya ditujukan untuk mengatasi penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik tidak digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti pilek atau flu. Namun, dari data yang diperoleh ditemukan masyarakat masih menggunakan antibiotik yang tidak tepat. Salah satu faktor yang melatarbelakangi ketidaktepatan penggunaan obat adalah ketersediaan obat antibiotic yang begitu banyak dan mudah diperoleh. Antibiotik umum dijumpai di lapangan yang membuat masyarakat banyak melakukan pembelian obat secara langsung ke apotek tanpa resep dokter ahli dan melalui pemeriksaan fisik. Penggunaan antibiotik hanya akan memberikan manfaat kesembuhan bagi pasien jika dikonsumsi sesuai kebutuhan. Apabila dikonsumsi tanpa indikasi yang jelas maka obat antibiotik tidak efektif dalam melawan bakteri. Faktor lain yang memicu resisten bakteri, yaitu menyimpan obat dalam jangka waktu lama dan mengonsumsinya kembali jika mengalami sakit, padahal obat antibiotik yang diresepkan jika tidak dihabiskan memicu terjadinya resistensi antibiotik pada tubuh. Meski sudah merasa sehat, bakteri yang menginfeksi tubuh masih belum sepenuhnya mati. Sisa bakteri yang masih hidup akan kembali bermutasi dan menginfeksi ulang. Selain itu, banyak pasien yang merasa keberatan untuk memeriksakan diri ke dokter sehingga langsung memutuskan jenis dan intensitas sakit yang dialami berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. 

Penggunaan antibiotik harus memenuhi prinsip, yaitu:

 1.) Tepat diagnosis, pemeriksaan dapat dilakukan dengan klinis, laboratorium dan penunjang lainnya. 

2.) Tepat pasien.

 3.) Tepat jenis antibiotik, mempertimbangkan kemampuan antibiotik, keamanan, dampak resiko resistensi, hasil pemeriksaan laboratorium.

 4). Tepat regimen dosis meliputi dosis, rute pemberian, interval dan lama pemberian.

Tanda dan gejalanya bergantung pada bagian tubuh yang terserang, seringkali sulit untuk membedakan infeksi bakteri dari infeksi oleh mikroorganisme lain, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis infeksi bakteri ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan tanda klinis, serta hasil pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah lengkap, serologi, biomarker infeksi, pemeriksaan radiologi, dan mikrobiologi sesuai dengan ketersediaan fasilitas setempat. Penggunaan antibiotik merupakan salah satu bentuk kesadaran untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antibiotik dan memberikan edukasi cara penggunaan obat tersebut dengan tepat dan rasional. Masyarakat sangat membutuhkan upaya lebih keras dari semua pihak terutama tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pemahaman penggunaan antibiotik yang bijak dan rasional. Peningkatan pengetahuan diperlukan mengenai penggunaan antibiotik yang tepat serta intervensinya untuk menghindari kesalahan mengenai penggunaan antibiotik dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko penggunaan antibiotik yang tidak tepat di masyarakat. Perekomendasian pendidikan berupa penyuluhan dan edukasi diharapkan dapat memberi pengaruh bagi pengetahuan masyarakat. Edukasi kesehatan juga merupakan suatu bentuk kegiatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap. Peran serta masyarakat dalam peningkatan kesehatan sangat diperlukan tidak hanya menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan saja. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi tenaga kesehatan atau pihak kefarmasian serta instansi kesehatan untuk memberikan penyuluhan terkait obat antibiotik. Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung, dengan media cetak yang dibagikan, maupun melalui media edukasi berupa video yang disebarkan melalui grup-grup media sosial masyarakat.

Nama: Nindya Bunga Pandega

NIM: 22010324120003

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline