Lihat ke Halaman Asli

Mengalir dengan Hujan

Diperbarui: 23 Februari 2020   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ah minggu yang membosankan, hanya melihat rinai hujan yang membasahi plafon rumah dan mengalir di setiap kaca jendela , aku hanya terdiam melihatnya dengan ribuan kenangan yang pernah dibuat saat hujan turun. 

Indah dengan sejuta warna, kenangan yang sangat ingin ku ulang namun kini telah sirna tanpa harapan, semesta kadang sejahat itu mempermainkan perasaan kaula muda yang lemah dengan memisahkan kedua insan yang sejatinya masih ingin bersama. Menyakitkan bukan? Namun apalah daya diri tak dapat menentang takdir yang sudah diguratkan.

Sepertinya sudah saatnya untuk mengistirahatkan tubuh, mempersiapkan diri untuk kembali menjalani hari dengan rutinitas memuakkan.

06.00 Senin, 1 April 2016

"Dania, tunggu!" Rani memanggilku. Ia adalah sahabatku sejak aku masuk SMA sekaligus teman sebangkuku. kepala ku menolehnya  kebelakang

"Eh Ran, tumben jam segini udah ke sekolah, biasanya kan lo kesiangan haha" Aku berbicara sambil meledekknya.

"Ia nih Dan gue ada urusan jadi pagi-pagi gini udah harus disekolah" jawabr Rani

"Hah urusan apa ?" tanyaku sambil mengerutkan kenng

"itu loh tugas kimia kan udah harus dikumpulin sebelum bel masuk" jawab rani dengan wajah yang kesal

"oh itu, emang lo udah ngerjain ran?" tanyaku kembali

"belum lah " dengan ekspresi yang datar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline