Lihat ke Halaman Asli

Tragis, Tapi Ini Aku Kembali!

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari-hari tragisku baru saja berlalu. Perceraian orangtuaku, beasiswa eropa kakakku yang membuatku iri dengan semua yang dia dapatkan dengan mudah dari orangtuaku tanpa sedikitpun usaha, penyakit yang menggerogoti ini, resign yang harus kutanda-tangani, lebaran dirumah sakit sendiri, 2 minggu opname tanpa dilirik seorangpun anggota keluarga, dan yang terakhir adalah harus tinggal sendiri dirumah yang sangat besar ini. Tapi, Saat ku naikkan bibir dan tersenyum menikmati hari-hari rumit yang telah berlalu itu, aku merasai karunia Tuhan yang besar pada hidupku ini, karna sampai saat ini aku masih bisa berdiri dikaki sendiri. Bertahan dari banyak luka-luka hati, ditikam pertikaian disana-sini oleh keluarga sendiri yang sempat membuatku hampir mati menahankan benci dan sakitnya, bahkan disaat yang sama harus kurelakan kepergian beberapa teman dekat, serta hangusnya arti persahabatan karna urusan-urusan keduniawian kami. Segala kepahitan dan penderitaan dari cinta seakan telah kurasakan. Aku benar-benar seorang diri, karna yang seorang kepercayaan pun ternyata cuma bisa jadi pendengar budiman. Dia yang punya masalahnya sendiri, entah itu alasan atau kenyataan dirinya, tapi dia juga mendiamkan aku beserta masalah-masalah rahasia yang hanya kubukakan padanya.

Tragis, sangat tragis! Tapi, inilah aku saat ini dan hasrat jiwaku untuk mengejar mimpi.

Dan harus ku ungkapkan kepada dunia ucapan Terimakasih kepada Tuhan karena akhirnya aku bisa melewati bahkan akhirnya bisa mengerti makna perjuangan ini. Karena akulah wanita itu, yang secara lahiriah dilahirkan sempurna, namun dengan batin yang remuk seperti buangan sejak dari kecilku. Dibedakan dari saudara kandung yang lain dan sering terasing. Namun, semua ini bukan lagi masalah bagiku karna sesungguhnya Kasih Tuhan yang lebih besar membentang telah kuterima sejak penderitaan itu dimulai. Bahkan, senyum sepagi ini adalah simbol dari kepuasan atas hari-hari kemarin, dan seakan tak ada hal yang lebih berharga dari senyumku pagi ini. Pelajaran hidup yang sengit nan rumit telah berhasil kulalui, dan mimpiku belum juga pudar dari ingatan di hati.
Terimakasih, Tuhanku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline