Ryan makasi lima tahunnya. Lima tahun yang himpir setiap hari kita ketemu. Lima tahun yang setiap hari selalu nggak putus komunikasi. Pasti aku bakal kangen banget sama kamu. Sekarang aku kemana-mana sendiri, udah nggak di temenin kamu lagi. Sekarang tiap malem nggak ada yang minta di kirimin foto lagi. Pokoknya sekarang udah beda banget setelah nggak ada kamu. Rasanya kaget, sedih, takut jadi satu. Semenjak kamu pilih wanita itu, kamu jadi jauh sama aku. Ya mungkin memang harusnya seperti itu. Aku harus terbiasa tanpa kamu. Harus aku coba, sesakit apapun aku, sesusah apapun harus aku coba. Sampai suatu saat nanti kamu lihat aku sukses dan semua impian-impian yang aku ceritakan ke kamu satu persatu mulai terwujud.
Ryan, aku tak tau apa yang menjadi alasan kamu pergi dan memilih wanita itu. Rasanya aku tak bisa menerima takdir ini. Aku takut kamu menghawatirkan wanita itu, aku takut kamu lebih perhatian dengan wanita itu. Ryan, aku sakit membayangkan itu semua.
Aku mencoba mengikhlaskanmu. Dengan harapan kamu akan lebih bahagia dengan keputusanmu ini. Aku anggap ini semua balas budiku setelah lima tahun kamu membahagiakan aku. Terimakasi Ryan, buat peluk, cium, perhatian, semangat, dan donatnya hehe. Aku masih sayang kamu. Aku harap kamu tau itu. Tapi pasti kamu sudah tau. Cepet pulang Ryan, Nindi sendirian nunggu kamu 😊
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H