Di bumi pertiwi, langit menumpahkan nestapa
hujan deras berbisik di sela dedaunan mati
Tanah berderak, lelah menahan beban
sebelum akhirnya runtuh meluruh
Lereng-lereng yang dulu pelindung
kini telanjang, tubuhnya terkoyak
Hutan hilang dalam detak pembangunan
dan bumi kehilangan penopang kuatnya
Air bah datang menyapa
menerjang desa, melumat jembatan
Ia membawa pesan dari semesta
tentang alam yang tak pernah terjaga
Langit kelam menghitam
angin berputar tak berarah
Puting beliung mencabut atap dan jiwa
menyisakan lara yang tak terelakan
Tanah bergerak, membelah bumi
menghancurkan rumah, mengguncang mimpi.
Ia mengingatkan, bahwa setiap jejak,
adalah janji yang harus ditepati.
Anak-anak menangis di bawah tenda darurat
menggenggam malam yang dingin dan panjang
Ibu-ibu memeluk bayang harapan,
yang perlahan larut dalam kenangan.
Namun, di sela reruntuhan yang dingin,
terdengar bisikan dari akar-akar yang tersisa.
"Mungkin manusia akan belajar dari ini,
memahami cinta yang hilang dalam rakusnya."
Cibadak, 19 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H