Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

[Cerpen] "Satu Buku Dua Dunia"

Diperbarui: 27 September 2024   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar dokumen pribadi by Canva

Sinar mentari menembus jendela-jendela besar Perpustakaan Kota Andara, memantulkan cahaya di lantai marmer putih yang berkilau. Namun,rasa dingin menggantung di udara, seperti suasana magis yang menyelimuti seluruh ruangan perpustakaan ini.

Perpustakaan itu dipenuhi dengan rak-rak tinggi menjulang, mulai dari karya sastra klasik hingga ensiklopedia modern. Bau khas aroma kertas menyeruak, mengundang setiap orang untuk datang. Di sudut ruangan, terdapat meja-meja baca yang tersusun rapi, masing-masing dilengkapi dengan lampu baca lembut yang menciptakan suasana hangat dan fokus.

Cahaya mentari mengalir menerangi rak-rak yang bersandar ke dinding timur. Sementara di sisi lain, sudut baca yang berisi sofa itu mengundang pembaca untuk tenggelam dalam bacaan mereka. Di dekat pintu, bagian peminjaman dan pengembalian buku beroperasi dengan efisien, sementara staf perpustakaan yang ramah akan siap membantu pengunjung yang membutuhkan rekomendasi atau informasi.

Di sudut ruangan sebelah belakang, rak tempat buku-buku horor berdiri kokoh. Buku yang kini paling menarik perhatian adalah Bayangan Malam, karya terakhir Alvaro, seorang penulis horor yang kini namanya lebih dikenal karena kematiannya daripada karena bukunya. Polisi tak menemukan penyebab kematian Alvaro kecuali alasan penulis itu meninggal karena serangan jantung saat menyelesaikan karya terakhirnya di perpustakaan ini.

Aku sengaja datang ke tempat ini untuk meneliti tentang pengaruh buku terhadap kehidupan penulisnya. Aku penasaran karena ada para penulis yang terlalu mendalami karakter tokoh-tokoh dalam karyanya, dalam kesehariannya dia pun memiliki karakter yang mirip sama dengan tokoh rekaannya.

Alvaro, salah satu penulis yang menjadi rujukanku. Alvaro yang biasa menulis kisah-kisah horor yang selalu disukai pembaca, ternyata memiliki gaya prilaku kehidupan yang tak jauh dari tokoh-tokohnya. Alvaro hidup dekat hal-hal yang berbau klenik bahkan pakaiannya seperti dukun dalam film, unik sedikit nyeleneh.

Kematian Alvaro menjadi misteri yang menyelimuti kota itu. Banyak yang mengatakan bahwa ia tewas akibat kutukan dari buku terakhirnya. Bayangan Malam disebut-sebut sebagai karya terkutuk, karena penulisnya terinspirasi oleh mimpi-mimpi aneh yang terus menghantuinya sepanjang proses penulisan. Mimpi-mimpi itu begitu nyata, seakan Alvaro tidak hanya mengarang, tetapi merekam sesuatu yang ia lihat di balik dunia ini---sesuatu yang menyeramkan.

"Permisi, Mbak ... adakah petugas di sini?" teriakku di meja depan meja resepsionis yang kosong. Tak ada seorang pun petugas yang tampak. Seharusnya perpustakaan yang besar begini mempunyai beberapa petugas, seperti bagian sirkulasi, bagian layanan pengunjung, bagian koleksi dan pastinya harus ada kepala perpustakaannya juga.

Aku menyusuri lorong perpustakaan untuk melihat-lihat koleksi buku di sana sekaligus mencari petugasnya. Aku melihat sesosok perempuan muda yang manis, tengah sibuk merapikan buku-buku di rak. Waktu itu biasanya cukup ramai, terutama oleh mahasiswa yang datang untuk mengerjakan tugas, tetapi pagi ini berbeda. Perpustakaan terasa lebih sepi dari biasanya, hanya beberapa pengunjung yang ada. Suasana di perpustakaan seakan mencekam dan sunyi.

"Selamat, pagi, Mbak.Maaf saya mengganggu," sapaku dengan sopan seraya membungkukan  sedikit badanku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline