Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Belajar Sepanjang Hayat

Cerpen: Bunglon

Diperbarui: 1 April 2024   02:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bunglon atau kadal.(PIXABAY/sam_lg  via kompas.com)

Pagi ini desa Ambarejo digegerkan oleh sebuah konten media sosial tentang kecurangan yang dilakukan dalam pilkades dua hari lalu. 

Dalam tayangan itu diperlihatkan sebuah video kecurangan dari tim kemenangan salah satu pasangan balon kades yang sedang membagi-bagikan uang kepada warga. Entah siapa yang mengirim video tersebut karena akun memang baru dan tak dikenal.

Warga yang sedang duduk di warung kopi Mbak Genuk sedang ngobrol .

"Wah, piye Iki. Ini tak fair. Moso pakai acara bagi-bagi uang. Ini sudah menyalahi aturan. Pak Paimin ini harus dilikuidasi ini ," celetuk Amir sambil menunjuk video itu.

"Ya Ndak usahlah. Kan hasilnya juga Pak Paimin masih di bawah Mas Tarjo. Ben tidak usah diusik malah nanti jadi rame," ujar Le Gimin seraya menyeruput kopi hitam dengan nikmat.

"Ndak bisa, Le. Kan panitia Pilkades sudah membuat aturan yang jelas dan harus ditaati." Amir bersikeras pada pendiriannya. Aku melihat anak muda ini ngotot ingin melaporkan kecurangan itu.

"Yo wis to, Mir. Pak Paimin kan tidak menang. Coba kalau Pak Paimin kecewa dan meminta kembali angpao yang sudah diberikan kepada warga, piye? Pastinya uang itu sudah habis buat belanja," celetuk Mbak Genuk yang mungkin kebagian juga angpao itu.

"Amir! Pak Paimin mencarimu!" teriak Mas Ganung sambil terengah-engah. Rupanya dia berlari ke warung itu.

"Ono opo nyari aku?" tanya Amir santer ,"jangan-jangan ..."

Dari ujung jalan Pak Paimin berjalan dengan beberapa TPN-nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline