Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Bersinergi dengan Perpusda dalam Menumbuhkan Minat Baca Siswa

Diperbarui: 21 Agustus 2023   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan Membaca Buku di Perpusda Kab. Sukabumi

Rendahnya kemampuan literasi di Indonesia menjadi persoalan yang klise dan belum mengalami peningkatan. Beberapa kali Indonesia mengikuti tes PISA, tetapi hasilnya belum memuaskan. Tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat kedua dari belakang.

Programme for International Student Assessment (PISA) adalah sebuah tes yang dirancang oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD) untuk menilai kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa di Indonesia yang telah/hampir menyelesaikan masa pendidikan dasar.

Tes PISA ini berkaitan dengan kemampuan menalar dan kemampuan kritis siswa usia 15 tahun yang menitikberatkan kepada kemampuan membaca, matematika dan sains. Alasan itulah pemerintah mengencarkan gerakan literasi sekolah. Tiap sekolah diimbau untuk mengembangkan kegiatan literasi di sekolah dan menunjuk koordinator kegiatan sekaligus pembimbing.

 Seorang pembimbing dan penggiat literasi pastinya memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan literasi di sekolah masing- masing. Satu kunci utama bagi para pembimbing atau pun penggiat literasi adalah harus memiliki kesabaran dan pantang menyerah. Mengapa demikian?

Banyak kendala yang akan dihadapi oleh mereka, antara lain:

  • Rendahnya minat baca yang dimiliki para siswa.

Literasi memang tidak sebatas baca tulis atau literasi numerasi  saja. Ada beberapa literasi dasar yang juga harus dikuasai para siswa, antara lain: literasi budaya dan kewarganegaraan, literasi digital, literasi finansial, dan literasi sains yang juga harus dikuasai siswa.  Namun, literasi baca tulis dan literasi numerasi merupakan hal yang paling awal dikuasai siswa sebelum menguasai keempat literasi dasar lainnya. Dan minat baca yang dimiliki siswa masih rendah. Bisa ditanyakan kepada para siswa berapa buku non pelajaran yang sudah dibacanya selama satu bulan belakangan ini.

  • Budaya literasi yang belum berkembang di sekolah

Literasi harus dibudayakan di lingkungan sekolah. Untuk memudayakan literasi dibutuhkan dukungan dari beberapa pihak. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Wiedarti (2016:7) bahwa aktivitas literasi harus bersifat partisipatif dan kolaboratif dengan pelibatan seluruh warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, maupun orang tua/wali peserta didik.

  • Kurangnya dukungan 

Kurangnya dukungan dari orang tua di rumah atau pun warga sekolah menjadi hambatan bagi tumbuh kembang budaya berliterasi di sekolah. Semua pihak harus bersinergi untuk menciptakan budaya literasi di sekolah bahkan harus menjadikan literasi ini sebuah kebutuhan. Jika seluruh warga sekolah membutuhkan literasi dasar bagi pengembangan kompetensi hidupnya, maka pengembangan budaya literasi di sekolah akan pesat.

  • Ketersediaan bahan bacaan yang kurang memadai

Faktor ketersediaan bahan bacaan di sekolah menjadi salah satu penghambat berkembangnya literasi. Perpustakaan sekolah hanya berisi buku- buku pelajaran. Sedikit sekali buku- buku non pelajaran yang bisa dibaca oleh para siswa.

  • Kurang menariknya kegiatan- kegiatan literasi

Kegiatan pengembangan literasi yang diadakan kurang menarik perhatian para siswa.

  • Kurang pahamnya para siswa tentang makna dan manfaat literasi
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline