"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya."
Setiap tanggal 17 Agustus lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di angkasa bumi pertiwi. Lagu ini mampu menggetarkan hati seluruh bangsa Indonesia, tak terkecuali Aki Hamdan.
Setiap kali Aki Hamdan mendengar lagu ini, ada bulir air bening mengalir dari kedua matanya. Kesedihan tergurat di wajahnya. Entah apa yang dirasakan.
Pagi itu para penghuni griya lansia "Pelita Kasih" baru saja selesai melakukan penghormatan bendera merah putih dipimpin oleh Aki Hamdan. Aki Hamdan adalah penghuni griya lansia ini sejak sepuluh tahun lalu. Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan.
Ada kebiasaan dari Aki Hamdan setiap bulan Agustus. Dia mengajak para penghuni griya lansia ini melakukan upacara kecil dan menghormat bendera merah putih Kini mereka sedang menyaksikan peringatan HUT ke-78 RI ini dari layar besar yang sengaja disiapkan Arina dan pengurus griya lainnya.
Beberapa jenis makanan tradisional dan sehat pun disajikan di meja makan. Para pengurus memiliki komitmen untuk mengadakan acara buat para penghuni yang sebagian besar sudah berusia di atas enam puluh tahun. Pada hari itu juga, banyak keluarga penghuni yang datang menengok. Mereka biasanya anak dan cucu mereka. Mereka membawa berbagai souvenir untuk orang tua mereka dan penghuni griya lainnya.
Hanya Aki Hamdan yang tidak mendapatkan kunjungan. Dia sendiri dan sedang asyik menonton televisi di ruang tengah.
Sudah menjadi kebiasaan di griya ini, jika peringatan hari kemerdekaan RI ini dirayakan dengan berbagai kegiatan hiburan, seperti penampilan orkes keroncong, karokean lagu- lagu kenangan dan nonton film perjuangan.
" Aki terkenang saat perjuangan dulu ya?" tanya Arina seraya memandang Aki Hamdan yang tak berkedip saat Presiden sedang memimpin upacara pengibaran bendera merah putih.
"Ya, Neng. Sekarang HUT yang ke berapa, ya?" Aki Hamdan mencoba menghitung dengan kedua tangannya.