Hujan yang turun lebat dan membuat suasana jalanan sangat sepi. Hanya sedikit orang yang tampak berlalu lalang di jalan raya. Cuaca yang tidak mendukung dan udara dingin seperti ini membuat orang memilih diam di rumah, menikmati tayangan televisi atau sekedar bermain handphone sambil merebahkan diri.
Aku menjalankan kendaraan pelan- pelan sambil mencari- cari penjual gorengan atau penjual bakso. Udara dingin seperti ini memang enaknya makan sesuatu yang hangat untuk menghilangkan rasa dingin di tubuh. Baru satu malam aku datang di Lembang ini. Aku dituhaskan sebagai seorang wartawan di salah satu media cetak dan on line, Investigasi. Cuaca dingin di sini membuat tubuhku menggigil.
Aku melihat ada warung bakso di ujung Jalan Simatupang. Di spanduk tertulis "Bakso Janda Mas Pardi." Wah dari judulnya saja sudah membuat orang tertarik. Pikiran pasti akan membayangkan yang lain, padahal Janda itu singkatan dari Jawa Sunda. Akhirnya aku memutuskan untuk menghentikan mobilku di depan warung.
Suasana warung sangat sepi. Penjual dan pembeli tak tampak di situ. Aneh ... kemana ya mereka?
"Permisi, Mas. Aku mau pesan bakso nih!" teriakku keras. Sepi tak ada yang menyahut.
Aku memandang sekitar warung. Asap mengepul dari dandang baso pertanda masih ada baso di dalamnya Aku menunggu beberapa saat dan memanggil kembali penjual bakso.
"Mas, Mbak, saya mau pesan bakso, nih!" teriakku lebih keras. Namun, tetap saja tak ada jawaban.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi dan mencari warung baso lain.
"Pesan apa, Mas?" tiba- tiba suara seorang laki-laki terdengar dari balik gerobak. Wajah lelaki itu dingin, tanpa senyum dan suaranya sangat datar.
"Aku mau bakso urat, bihun, tauge dan sayur, tanpa mi, ya," jawabku sambil mencari tempat duduk.