Ada asa di bola hitam matanya
jernih menggambarkan harapan
meski ku tahu kumparan kata tak bermakna
kerap hinggap di benaknya, tak menentu
Kesah yang kerap hadir di setiap tutur
membuatku luluh, luruh dan jatuh
Ingin ku membangun resah menjadi bahagia
mampu mengiringi setiap langkahnya meraih cita
Ada asa di bola mata hitamnya
"Ku ingin meraih cita-cita walau belum tahu apa.
Sementara duniaku terkadang tak kumengerti. Mampukah?"
ucapnya dalam nada sendu.
Helaan napasku terhempas
bergejolak dalam kalbu
terus membelenggu dan mengharu biru
tak tahu menjawab apa dan bagaimana
Setiap tanya terlontar dari bibir mungilnya
tentang kata menggapai secercah harapan
sementara baginya tak mengerti banyak kata
sederet ilmu bergulir dan mengalir tiada arti
"Aku berbalut sepi dalam keramaian.
Setiap pelajaran banyak tak ku pahami.
Aku kerap malu dan tak percaya diri;" ujarnya suatu hari.
Duh, Gusti pemilik hati nurani
Tumbuhkan ketegarannya dalam mengisi hari-hari
Tebarkan bibit-bibit semangat agar bersemi di hati
Ada asa di bola mata hitamnya
Cinta Ilahi yang akan membaluri dan membimbing langkahnya
Karena hidup dan masa depan bukanlah milik manusia
Yakin akan ada bahagia di akhir cerita
Cibadak, 7 Desember 2022, pukul 21.30.
Kusembahkan puisi ini untuk anak-anak Deaf yang pastinya akan mengalami kesulitan memahami materi pelajaran bila tak dibantu oleh guru pembimbing. Tetap semangat dan yakinlah semua akan indah pada waktunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H