Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Hijrahku Karena Allah

Diperbarui: 27 April 2022   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis berhijab. sumber: Pinterest.com

"Hijrah itu bukan tentang menyempurnakan diri, tapi tentang memperbaiki diri."

Suara gemercik air hujan terdengar dari luar jendela kamar Karina. Rintikan airnya membasahi jendela sejak pagi tadi. Karina tak berhenti memandangi jendela itu dengan tatapan kosong. Sebenarnya dia tahu apa yang sedang dipikirkannya. Namun, dia menolak untuk memikirkannya.

Bagi Karina duka yang dialaminya sejak kepergian Bunda, pengkhianatan Ayah dan Rangga, menjadi kisah kelam yang harus dilupakan. Karina yakin dengan berjalannya waktu, dia bisa menyembuhkan semua luka itu.

"Neng Karin! Bolehkah Mbok Nah masuk?" Suara pengasuhnya itu terdengar keras dan membuyarkan lamunan Karina.

"Iya, Mbok. Masuk saja!" jawab Karina," Ada apa, Mbok?"

"Neng, Si Mbok mau minta izin pulang kampung. Kakak Mbok Nah sakit dan mau nengok ke sana. Boleh, ya?"

"Mbok mau pulang ke Wonogiri? Berapa lama?" tanya Karina lagi.

"Ya mungkin seminggu, Neng. Tapi Mbok bukan ke Wonogiri tapi ke Solo."

"Boleh. Kapan berangkat?" Karina berbicara sambil memandang Mbok Nah.

"Besok, Neng. Nanti yang beres-beres biar isteri Mang Karim sementara saya pergi ke kampung,' jelas Mbok Nah. Karina hanya menganggukan kepalanya.

Setelah Mbok Nah keluar kamar, Karin memandangi rinai hujan yang masih turun kembali. Dia senang memandangi hujan. Dari hujan Karina memiliki banyak pelajaran. Hujan turun berkali-kali, tetapi dia tak pernah berhenti memberikan ketentraman, kesejukan dan kesuburan kepada bumi, meskipun tahu jatuh itu sangat menyakitkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline