Hoaks laksana racun. Jika hoaks dikonsumsi oleh banyak orang, mereka akan sakit bahkan mati keracunan.
Pada masa awal program vaksin Covid-19 ada video yang tersebar di masyarakat tentang efek vaksinasi. Dalam video tersebut ada seseorang yang telah divaksin dan tangan bekas suntikan itu dapat ditempeli uang laksana magnet. Hal itu menimbulkan keraguan dan ketakutan pada masyarakat untuk mengikuti program vaksin yang tengah gencar dilakukan pemerintah. Padahal program vaksin itu bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari paparan Covid-19.
Hoaks adalah informasi palsu, berita bohong, atau fakta yang diplintir atau direkayasa untuk tujuan lelucon hingga serius (politis). Secara bahasa hoax adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan.
Hoaks ini banyak ditemukan di media sosial. Mengapa media sosial menjadi sasaran hoaks? Alasannya karena media sosial banyak digunakan oleh seluruh masyarakat dunia termasuk Indonesia.
Berdasarkan data yang diambil dari laman https://kominfo.go.id jumlah pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 171 juta orang atau 64,4 persen. Dari jumlah tersebut 83 persennya dalah pengguna pesan instan WhatsApp. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook, Twitter, google, line dan yang lainnya.
Fakta tersebut menunjukkan jika media sosial adalah sarana yang sangat mudah, cepat dan murah untuk menyampaikan suatu informasi. Media sosial kerap dimanfaatkan untuk menawarkan suatu produk. Berbagai marketplace atau platform kini banyak bermunculan. Media sosial menjadi sarana untuk menyampaikan program-program pemerintah dan swasta.
Media sosial juga yang dipakai oleh orang-orang tak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita-berita hoaks. Berita-berita yang mampu meresahkan seluruh lapisan masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang baku hantam karena berita hoaks yang dimuat di media sosial. Terlebih lagi masyarakat yang ikut-ikutan menjadi penyebar berita hoaks tersebut. Hal itu bisa terjadi di kalangan orang-orang dewasa apalagi para generasi muda.
Mengapa orang begitu mudah mempercayai hoaks?
Orang- orang mudah mempercayai suatu informasi yang belum tentu kebenarannya disebabkan oleh beberapa faktor:
- Mereka malas membaca berita secara utuh dari awal sampai akhir. Mereka membaca judulnya saja dan mengambil kesimpulan awal setelah membaca judulnya saja. Mereka juga malas melakukan verifikasi data dan cek kebenaran berita tersebut.
- Mereka diberikan iming-iming pahala dan keberuntungan.
- Sesuai dengan perasaan dan keyakinan mereka.
- Mereka mudah mempercayai sumber dari berita tersebut.
Cerdas bermedia sosial untuk menangkal Hoaks
Sasaran hoaks ini tidak hanya orang-orang dewasa saja, tetapi juga kalangan pelajar yang notabenenya masih sedikit pengetahuan dan ilmunya. Para siswa kerap langsung mempercayai berita-berita yang disebarkan melalui gawai mereka. Apalagi kematangan emosi mereka masih rentan.
Dampak dari hoaks itu antara lain menyebar ketakutan di masyarakat, menimbulkan rasa curiga, saling membenci, saling mendendam, dan yang paling parah dapat menimbulkan stress.