Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Puisi 3: Satire Negeri Seribu Pecundang

Diperbarui: 8 September 2021   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negeri Seribu Pecundang Dalam Kegelapan. Dok. Pribadi melalui Powerpoin

Tepuk tangan membahana di jagat raya
Menyambut sang juara penuh suka cita
mengharumkan bangsa itu sudah biasa
Dan tak perlu jadi banyak cerita

Di negeri seribu pecundang
Pesta pora dan eporia  tercipta
Sorak Sorai menggema
Demi menyambut mantan pendusta

Di negeri seribu pencundang
Kebenaran kerap menjadi angan semata
Putih jadi hitam, hitam berubah putih
bahkan bisa jadi merah dan kelabu

Cinta kasih sesama hanya jadi goresan kisah
Kedamaian hanya jadi sebuah  elegi
Sejahtera hanya buat pemilik pundi-pundi
Si kaya makin jumawa, si miskin semakin merana

Di negeri seribu pecundang
Banyak yang saling menyikut dan menghasut
Demi ambisi, gengsi dan isi perut
Demi mengais harta yang tak terbilang

Di sini cicak bisa jadi biawak
Kutu busuk mengubah diri jadi kupu-kupu
Reinkarnasi menipu hati nurani
Menyakiti jutaan sanubari

Di negeri seribu pecundang
Adalah surga buat para durjana
Melenggang penuh tawa ha...ha...ha...
Tanpa sadar menggoreskan luka

Ketika dosa menjadi biasa
ketika nurani tak lagi bicara
ketika keadilan hanya bualan belaka
lalu hidup itu untuk apa?

Cibadak, 7 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline