Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Belajar Sepanjang Hayat

Tentang Rindu

Diperbarui: 22 Maret 2021   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Malam semakin sunyi. Angka di jarum jam dindingku menunjukkan angka 12. Sesekali kudengar suara dentingan tiang listrik yang dipukul petugas ronda. Hujan pun mulai turun rintik-rintik menambah suasana malam ini semakin dingin.

 Seharusnya suasana seperti ini membuatku terlelap tidur dan dibuai mimpi-mimpi namun aku justru tak bisa memicingkan mata sekejap pun. Suara dekuran Ian terdengar sampai ke ruang tamu. Ian sahabat saat aku masih menjadi mahasiswa. Kami memang mengontrak sebuah rumah bersama.Rumah sederhana berkamar dua, satu ruang tamu, dapur dan kamar mandi.

 Aku menyaksikan tayangan  di salah satu televisi swasta yang sedang menayangkan film berjudul Code Name:Geronimo. Kisahnya cukup seru. Film yang bercerita tentang usaha pihak Amerika untuk menangkap pimpinan Al qaedah, Osama bin Laden. Berbagai intrik tergambar dalam kisah film itu.

Aku senang pada genre cerita yang berisi spionase dan action namun kali ini aku tidak fokus. Isi cerita kutangkap sepenggal-sepenggal. Entah mengapa ada yang mengganggu hatiku malam ini. Entah mengapa pula tiba-tiba aku merasa sendiri. Ada sesuatu lubang yang menganga di lubuk hatiku namun aku tak tahu apa.

"Kamu belum tidur, Vi," tanya Ardian yang tiba-tiba duduk di sampingku. Mungkin dia terbangun karena mendengar suara televisi yang cukup keras.

"Belum ngantuk,Ian. Lagipula filmnya bagus," jawabku berbohong. Kalau aku mengatakan yang sebenarnya pasti Ian akan menginterogasiku panjang lebar. Ya maklum dia bekerja sebagai seorang wartawan di media lokal.

"Benar tidak ya,Osama bin Laden itu sudah tewas?" tanya Ian sambil menunjukkan ending film yang menggambarkan tewasnya pimpin Al Qaeda itu pada saat penyerangan komplek pemukiman di Pakistan pada tanggal 11 September 2011.

"Dasar wartawan. Pertanyaanmu aneh-aneh saja," jawabku pendek,"Sudah jelas pemerintah Amerika saat itu mengumumkan dengan resmi peristiwa penyerangan itu."

"Siapa tahu itu hanya trik Amerika untuk mengelabui dunia," debat Ian penuh semangat.

"Ah..sudahlah,Ian. Kita obrolkan yang  ringan dan lucu saja. Pusing kepalaku bila berurusan dengan politik," ujarku sambil bangkit menuju dapur.

"Buatkan aku kopi sekalian,Vi," teriak Ian keras. Aku kembali dengan dua cangkir kopi hitam tanpa gula kesukaan kami berdua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline