Banyaknya masalah yang ada di dunia pendidikan yang berkaitan dengan peserta didik. Dalam menyelesaikan masalah tersebut guru bimbingan dan konseling dapat berperan aktif membantu peserta didik dalam menyelesaikan persoalan yang dialami.
Gambaran guru bimbingan konseling yang killer membuat peserta didik menghindar jika berhadapan langsung atau berpapasan dengan konselor di sekolah. Ditambah lagi terbatasnya waktu tatap muka antara guru bimbingan konseling dengan peserta didik.
Hal semacam inilah yang membuat salah satu faktor mengapa guru bimbingan konseling dengan peserta didik kurang bisa menjadi sahabat yang baik bagi peserta didik. Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remaja, terutama adalah:
Masalah emosi, emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang tampak pada mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya.
Masalah penyesuaian diri, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa , remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat tergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah dalam bergaul,dalam keadaan demikian remaja cenderung akan mengikuti pergaulan yang salahtersebut tanpa mempedulikan berbagai akibat yang akan menimpa dirinya karenakebutuhan akan penerimaan dalam kelompok sebaya dianggap paling penting.
Masalah perilaku seksual, pada masa puber (masa remaja), remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis sehingga timbul keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunya minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari atau memperoleh informasi tentang seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Masalah perilaku sosial, adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama,atau sosial ekonomi yang berbeda dapat melahirkan geng-geng atau kelompok remaja yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang agama,suku, dan sosial ekonomi, hal ini dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng.
Masalah moral, masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini disebabkan oleh ketidak konsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah keluarga, Hurlock mengemukakan sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa remaja adalah: standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu.
Banyak faktor internal yang menicu hambatan peserta didik dalam belajar. Seperti latar belakang sosial, kepercayaan diri, usia, jenis kelamin dan berbagai faktor afektif lainnya. Tidak hanya itu masalah eksternal seperti permasalahan yang muncul di luar diri peserta didik seperti peralatan belajar yang tidak memadahi, lingkungan sosial yang tidak mendukung, kebersihan rumah, dan suhu ruangan yang ekstrim juga mempengaruhi hambatan belajar bagi peserta didik.
Permasalahan yang disampaikan peserta didik berkaitan dengan rasa was-was tentang sesuatu yang belum pasti, mudah marah serta tidak ampu mengendalikan diri dan mudah lupa. Sedangkan masalah yang tidak disampaikan peserta didik kepada guru bk yakni berkaitan dengan masalah tidak mau menerima pendapat orang lain, bentuk tubuh yang tidak ideal. Jika peserta didik lebih terbuka tentang masalah pribadi yang dialaminya pastinya bermanfaat untuk kehidupan kedepannya. Begitu juga sebaliknya apabila permasalah peserta didik disimpan dalam hati akan memunculkan berbagai dampak negatif sehingga dalam menjalankan aktifitas sehri-hari menjadi tidak bersemangat.