Inovasi dalam jurnalistik terus dilakukan oleh industri media hari ini agar mereka tetap relevan dan menjawab kebutuhan masyarakat.
Hari ini jika kita melihat inovasi yang ada dalam dunia jurnalistik, kita merasakan ada sejumlah hal yang menarik.
Siapa pihak yang diuntungkan jika ada inovasi dalam jurnalistik hari ini?
Sejumlah inovasi
Project Multatuli (PM) yang pertengahan tahun ini merayakan satu tahun kehadirannya mulai mendapat tempat dalam masyarakat. Banyak pihak mulai mau menjadi pendukung PM dengan menjadi pelanggan situs berita ini.
Proyek eksperimen ini kita harapkan bisa berumur panjang, dan menghasilkan karya jurnalistik yang berada di luar kompetisi adu cepat menayangkan berita, tetapi lebih menekuni "jurnalisme telaten" (dibahasakan oleh PM sendiri terjemahan dari slow journalism).
Pada Agustus lalu, PM mendapat penghargaan Suardi Tasrif Award untuk karya-karya jurnalistik yang telah dihasilkannya. Jika kita membuka situs mereka, kita akan melihat banyak liputan dari berbagai wilayah Indonesia yang kurang diberi ruang oleh banyak media arus utama.
Di tempat lain kita juga melihat bagaimana media seperti Narasi TV dan program Mata Najwa berani keluar dari sebuah stasiun TV dan bersiaran lewat kanal Youtube-nya.
Kita pun melihat dalam banyak hal produksi Narasi TV ini menarik. Narasi TV pernah menampilkan investigasi dengan mencermati ratusan video yang di-posting di media sosial dan juga mencermati aneka CCTV untuk mengungkap siapa yang membakar halte Transjakarta depan Sarinah menyusul demonstrasi soal UU Cipta Kerja pada Oktober 2020.
Siapa pihak yang diuntungkan jika ada inovasi dalam jurnalistik hari ini?
Walau tidak teridentifikasi siapa mereka itu, dari apa yang dikemas oleh Narasi TV, kita melihat bahwa ada pengorganisasian pembakaran, jadi bukan bersifat spontan dan tidak dilakukan para demonstran saat itu.